SHALAT MALAM NISHFU SYA’BAN

SHALAT MALAM NISHFU SYA’BAN

Imam Nawawi rahimahullah berkata :

الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب وهي ثنتى عشرة ركعة تصلي بين المغرب والعشاء ليلة أول جمعة في رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وهاتان الصلاتان بدعتان ومنكران قبيحتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب واحياء علوم الدين ولا بالحديث المذكور فيهما فان كل ذلك باطل ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الائمة فصنف ورقات في استحبابهما فانه غالط في ذلك وقد صنف الشيخ الامام أبو محمد عبدالرحمن بن اسمعيل المقدسي كتابا نفيسا في ابطالهما

“Sholat yang dikenal dengan sholat ar-Roghoib, yaitu sholat 12 raka’at yang dikerjakan antara maghrib dan isya pada malam jum’at yang pertama di bulan Rojab, dan juga sholat malam nishfu Sya’ban seratus raka’at. DUA SHALAT INI MERUPAKAN SHALAT YANG BID’AH, SHALAT YANG MUNGKAR DAN BURUK. Dan janganlah terpengaruh dengan di sebutkannya kedua sholat ini dalam kitab “Quutul Quluub” dan “Ihyaa Uluumiddin”, dan jangan pula terpedaya dengan hadits yang disebutkan tentang kedua sholat ini, karena semuanya adalah kebatilan. Dan jangan juga terpedaya dengan sebagian imam yang terancukan / tersamarkan tentang hukum kedua sholat tersebut sehingga ia menulis beberapa lembaran tentang sunnahnya kedua sholat itu. Sesungguh-nya ia telah keliru. As-Syaikh al-Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma’il al-Maqdisi telah menulis sebuah kitab yang bagus tentang batilnya kedua sholat ini”. (Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 4/56).

_____

MENGIRINGI JENAZAH SAMBIL MEMBACA DZIKIR DENGAN MENGERASKAN SUARA

MENGIRINGI JENAZAH SAMBIL MEMBACA DZIKIR DENGAN MENGERASKAN SUARA

Di dalam kitabnya al-Azkar, al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

واعلم أن الصواب المختار ما كان عليه السلف رضي الله عنهم : السكوت في حال السير مع الجنازة ، فلا يرفع صوتا بقراءة ، ولا ذكر ، ولا غير ذلك ، والحكمة فيه ظاهرة ، وهي أنه أسكن لخاطره ، وأجمع لفكره فيما يتعلق بالجنازة ، وهو المطلوب في هذا الحال ، فهذا هو الحق ، ولا تغترن بكثرة من يخالفه ، فقد قال أبو علي الفضيل بن عياض رضي الله عنه ما معناه : الزم طرق الهدى ، ولا يضرك قلة السالكين ، وإياك وطرق الضلالة ، ولا تغتر بكثرة الهالكين…

وأما ما يفعله الجهلة من القراءة على الجنازة بدمشق وغيرها من القراءة بالتمطيط ، وإخراج الكلام عن موضوعه ، فحرام بإجماع العلماء ، وقد أوضحت قبحه ، وغلظ تحريمه ، وفسق من تمكن من إنكاره ، فلم ينكره في كتاب ” آداب القراء

”Ketahui sesungguhnya yang betul lagi terpilih yang menjadi amalan al-Salaf al-Salih radhiallahu ‘anhum ialah diam ketika mengiringi jenazah. Maka janganlah diangkat suara dengan baca’an, zikir dan selainnya. Hikmahnya nyata, yaitu lebih menenangkan hati dan menghimpunkan fikiran mengenai apa yang berkaitan dengan jenazah. Itulah yang dituntut dalam keada’an tersebut. Inilah yang benar. Janganlah engkau terpengaruh dengan banyaknya orang yang menyanggahinya.

Sesungguhnya Abu ‘Ali al-Fudail bin ‘Iyad rahimahullah pernah berkata : “Berpegang dengan jalan kebenaran, tidak akan memudorotkanmu sedikitnya orang yang menempuh jalan kebenaran tersebut. Dan jauhilah jalan yang sesat. Jangan engkau terperdaya dengan banyaknya golongan yang binasa (yang melakukannya)”.

…… Adapun apa yang dilakukan oleh golongan jahil di Damaskus, YAITU MELANJUTKAN BACA’AN AL-QUR’AN DENGAN DIPANJANG-PANJANGKAN DAN BACA’AN YANG LAIN KEATAS JENAZAH, serta pembicaraan yang tiada kaitan, maka hukumnya adalah haram dengan ijma’ ulama. Sesungguhnya aku telah jelaskan dalam Kitab Adab al-Qurroo’ tentang keburukannya, besar keharamannya dan kefasikannya bagi siapa yang mampu mengingkarinya tetapi tidak mengingkarinya”. (Al-Adzkaar hal 160).

______

BERDO’A SETIAP KALI MENCUCI ANGGAUTA WUDHU

BERDO’A SETIAP KALI MENCUCI ANGGAUTA WUDHU

Sebagian umat Islam membaca do’a setiap kali membasuh anggota wudhu.

Ketika berkumur-kumur membaca do’a,

اللَّهُمَّ اسْقِنِيْ مِنْ حَوْضِ نَبِيَّكَ كَأْسًا لاَ أَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدُا

“Ya Allah berilah saya minum dari telaga Nabi-Mu satu gelas yang saya tidak akan haus selama-lamanya.”

Membasuh wajah membaca do’a,

اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَسْوَدُّ الْوُجُوْهُ

“Ya Allah, putihkanlah wajahku pada hari wajah-wajah menjadi hitam.”

Mencuci tangan membaca do’a,

اللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِيْنِيْ وَلاَ تُعْطِنِيْ بِشِمَالِيْ

“Ya Allah, berikanlah kitabku di tangan kananku dan janganlah engkau berikan di tangan kiriku.”

Begitu pula ketika mengusap kepala, mengusap telinga dan mencuci kaki membaca do’a.

Do’a-do’a tersebut tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya do’a-do’a tersebut adalah perkara baru dalam agama yang dibuat-buat (bid’ah).

Imam besar Ulama Syafi’iyah, Imam An-Nawawi menegaskan, bahwa do’a ini tidak ada asalnya dan tidak pernah disebutkan oleh orang-orang terdahulu di kalangan Syafi’iyah.

ثم، مع هذا، لا شك أنه يتم تضمين الصلاة في الوضوء بدعة المضللة التي ينبغي التخلي عنها

”MAKA, DENGAN INI, TIDAK DIRAGUKAN BAHWA DO’A INI TERMASUK BID’AH SESAT DALAM WUDHU YANG HARUS DITINGGALKAN”. (Lihat Al-Majmu’, 1: 487-489).

______

MENJADIKAN KUBURAN SEBGAI TEMPAT IBADAH

MENJADIKAN KUBURAN SEBGAI TEMPAT IBADAH

Imam As-Syafi’i rahimahullah berkata :

وأكره أن يعظم مخلوق حتى يُجعل قبره مسجداً مخافة الفتنة عليه وعلى من بعده من الناس

“Dan aku benci diagungkannya seorang makhluq hingga kuburannya dijadikan masjid, khawatir fitnah atasnya dan atas orang-orang setelahnya”. (Al-Muhadzdzab 1/140, Al-Majmuu’ syarhul Muhadzdzab 5/280).

_______

MENGIRIM PAHALA BACA’AN AL-QUR’AN KEPADA MAYAT

MENGIRIM PAHALA BACA’AN AL-QUR’AN KEPADA MAYAT

Masyhuur dari madzhab Imam Asy-Syafii bahwasanya beliau memandang tidak sampainya pengiriman pahala baca qur’an bagi mayat.

Imam An-Nawawi berkata : “Dan adapun sholat dan puasa maka madzhab As-Syafi’i dan mayoritas ulama adalah tidak sampainya pahalanya kepada si mayat…adapun qiroah (membaca) Al-Qur’an maka yang masyhuur dari madzhab As-Syafi’i adalah tidak sampai pahalanya kepada si mayat…” (Al-Minhaaj syarh shahih Muslim 1/90).

______

KHATIB JUM’AT MENDO’AKAN SESEORANG KETIKA KHUTBAH

KHATIB JUM’AT MENDO’AKAN SESEORANG KETIKA KHUTBAH

Imam As-Syafii berkata :

إذا كان الأمام يصلي لشخص معين أو لشخص (أي شخص) ثم كرهت ذلك، ولكن ليست إلزامية لآلية القيام بتكرار

“Jika sang imam berdo’a untuk seseorang tertentu atau kepada seseorang (siapa saja) maka aku membenci hal itu, namun tidak wajib baginya untuk mengulang khutbahnya”. (Al-Umm: 2/416-417).

_____

AHLUS SUNNAH BERHUJJAH DENGAN KITABULLAH, SUNNAH NABI DAN SUNNAH PARA SAHABAT

AHLUS SUNNAH BERHUJJAH DENGAN KITABULLAH, SUNNAH NABI DAN SUNNAH PARA SAHABAT

Agama ini telah tegak pada masa-masa yang lalu, sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, era sahabat dan para tabi’in. Apa yang menjadi agama pada masa itu, maka pada sekarang ini hal tersebut juga merupakan bagian dari agama.

Dan jika pada zaman mereka ada satu hal yang bukan dari agama, maka sekarang ini, hal tersebut juga bukan termasuk dari agama yang dicintai dan diridhai Allah.

Agama ini adalah Kitab Allah, dan Kitab Allah memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Rasulullah memerintahkan kita untuk mengikuti sahabat Rasulullah. Ini semua dicintai dan diridhai Allah.

Begitulah yang difahami Imam Syafi’i dan ulama lainnya.

(Suatu waktu), Imam Syafi’i datang ke Masjidil Haram di Mekkah untuk menunaikkan ibadah haji. Beliau duduk dan berkata kepada orang-orang yang ada : “Tanyakanlah kepadaku. Tidak ada orang yang bertanya tentang sesuatu kepadaku, kecuali aku akan menjawabnya dengan Kitabullah”.

Maka ada orang awam berdiri dan bertanya : “Wahai, imam. Ketika aku masuk Masjidil Haram, aku menginjak dan membunuh satu serangga. Padahal orang yang dalam keadaan ihram tidak boleh membunuh sesuatu. Akan tetapi, aku telah membunuh seekor serangga. Apa jawabannya dari Kitabullah ?”.

Setelah memuji Allah dan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Imam Syafi’i berkata, Allah berfirman : “Apa-apa yang telah diperintahkan Rasul, maka haruslah kalian mengambilnya”. (QS. Al Hasyr: 8). Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي

“Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk”. (HR. Abu Daud).

Dan diantara Khulafaur Rasyidin adalah Umar bin Khaththab. Kemudian beliau membawakan sebuah riwayat bahwa ada seseorang bertanya kepada Umar bin Khaththab tentang seseorang yang membunuh seekor serangga dalam keadaan ihram. Maka Umar menjawab, ”Tidak ada denda (sangsi) apa pun atas kamu”.

Maka Imam Syafi’i berkata : “Jawabanku dari Kitabullah, wahai orang yang berbuat (seperti) itu, sesungguhnya engkau tidak mendapat sangsi apapun. Itulah jawaban dari kitab Allah.”

(Dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman di Universitas Islam Negeri Malang, pada tanggal 7 Desember 2004).

________

BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP SESAMA AHLI SUNNAH

BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP SESAMA AHLI SUNNAH
.
Hasan al-Bashrî rahimahullåhu berkata :
.
يا أهل السنة ترفقوا رحمكم الله فإنكم من أقل الناس
.
“Wahai Ahlus Sunnah, bersikap lembutlah semoga Allåh merahmati kalian, karena sesungguhnya kalian adalah kaum yang paling minoritas”. (Syarh al-Ushůl karya al-Lålikă’î, I/63).
.
Sufyan ats-Tsaurî rahimahullåhu berkata :
.
استوصوا بأهل السنة خيراً فإنهم غرباء
.
“Saling berwasiatlah kalian dengan Ahlus sunnah karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang asing (ghurobå)”. (Syarh al-Ushůl, I/71).
.
Ayyub As-Sukhtiyånî rahimahullåhu berkata :
.
إني أخبر بموت الرجل من أهل السنة فكأني أفقد بعض أعضائي
.
“Sesungguhnya aku diinformasikan tentang wafatnya seorang dari Ahlus Sunnah, maka saya merasa seakan-akan kehilangan salah satu anggota tubuhku”. (Syarh al-Ushůl, 1/66).
.
Imam Sufyan ats-Tsaurî pernah ditanya,
.
ما ماء العيش ؟
.
Apa itu air kehidupan ?
.
Imam Sufyan ats-Tsaurî menjawab :
.
لقاء الإخوان
.
‘Bertemu dengan saudara (Ahlus sunnah)”. (Raudhatul Uqolå wa Nuzhatul Fudholå, 93).
.
.
_____________________