KEWAJIBAN MENGIKUTI SUNNAH NABI

KEWAJIBAN MENGIKUTI SUNNAH NABI

Tidak ada perselisihan diantara umat Islam kecuali orang-orang sesat, bahwa sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an adalah as-Sunnah.

Berhukum kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jalan menuju keselamatan dan kebahagia’an baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Banyak dalil-dalil baik dari al-Qur’an maupun hadits Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menjadikan sunnah Nabi sebagai tuntunan dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut aqidah, ibadah, mu’amalah dan akhlaq.

Dan berikut ini diantara dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya mengikuti sunnah Nabi,

• Dalil dari al-Qur’an

– Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Katakanlah (wahai Muhammad) : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku (tuntunan dan petunjukku), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali ‘Imran: 31).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata : “Ayat yang mulia ini merupakan hakim (pemberi hukum) bagi semua orang yang mengaku mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, padahal dia tidak mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka orang tersebut (dianggap) berdusta dalam pengakuannya (mencintai Allah Azza wa Jalla), sampai dia mau mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam”.

– Allah Ta’ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat . . ” (QS. al- Ahzaab: 21).

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan : “Ayat yang mulia ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan besar mengikuti sunnah Rasulullah, karena Allah sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah sebagai “teladan yang baik”, yang ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti sunnah Rasulullah berarti dia telah menempuh ash- shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah”. (Tafsir syaikh Abdurrahman as-Sa’di, hal. 481).

• Dalil dari hadits Nabi

– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِيّيْنَ

“Maka hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khalifah yang rasyidin yang mengikuti petunjuk”. (H.R. Darimiy juz 1, hal. 45, no. 93).

– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ

”Kutinggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat apabila kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Malik, Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899).

• Dalil dari perkata’an Sahabat

– Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mengirim surat kepada Syuraih, ketika ia menjabat qadli, yang bunyinya :

اِذَا اَتَاكَ اَمْرٌ فَاقْضِ ِبمَا فِى كِتَابِ اللهِ. فَاِنْ اَتَاكَ مَا لَيْسَ فِى كِتَابِ اللهِ فَاقْضِ ِبمَا سَنَّ فِيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص

“Apabila datang kepadamu suatu urusan, maka hukumilah dengan apa yang ada di dalam Kitab Allah dan jika datang kepadamu apa yang tidak ada di dalam Kitab Allah, maka hukumilah dengan apa yang pernah dihukumi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. (Al-Muwafaqaat, 4 : 6).

– Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata :

اِتَّبِعُوْا وَلاَ تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Hendaklah kalian mengikuti (Sunnah Nabi) dan janganlah kalian berbuat bid’ah. Sungguh kalian telah dicukupi dengan Islam ini, dan setiap bid’ah adalah sesat”. (Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jaamul Kabiir, no. 8770).

• Dalil dari perkata’an para Ulama

– Imam al-Auza’i rahimahullah (wafat 157 H) berkata :

اِصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ، وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ، وَقُلْ بِمَا قَالُواْ، وَكُفَّ عَمَّا كُفُّوْا عَنْهُ، وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ، فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ.

“Bersabarlah dirimu diatas As-Sunnah, tetaplah tegak diatasnya sebagaimana para Sahabat tegak diatasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan As-Salafush Sholih, karena ia (Sunnah Nabi) akan mencukupimu sebagaimana ia telah mencukupi mereka”. (Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah I/174 no. 315).

– Muhammad bin Sirin rahimahullah (wafat 110 H) berkata :

كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ: إِذَا كَانَ الرَّجُلُ عَلَى اْلأَثَرِ فَهُوَ عَلَى الطَّرِيْقِ.

“Mereka (para sahabat dan tabi’in) mengatakan : “Jika ada seseorang berada diatas atsar (Sunnah Nabi), maka sesungguhnya ia berada diatas jalan yang lurus”. (HR. Ad-Darimi (I/54).

– Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :

اِتَّبِعْ طُرُقَ الْهُدَى وَلاَ يَضُرُّكَ قِلَّةُ السَّالِكِيْنَ وَإِيَّاكَ وَطُرُقَ الضَّلاَلَةِ وَلاَ تَغْتَرْ بِكَثْرَةِ الْهَالِكِيْنَ

“Ikutilah jalan-jalan petunjuk (Sunnah Nabi), tidak akan membahayakanmu sedikitnya orang yang menempuh jalan tersebut. Jauhkan dirimu dari jalan-jalan kesesatan dan janganlah engkau tertipu dengan banyaknya orang yang menempuh jalan kebinasa’an”. (al-I’tishaam oleh imam Asy-Syathibi (I/112).

Itulah keterangan dari firman Allah Ta’ala, sabda Rasulullah dan juga perkata’an Sahabat dan para Ulama yang menjadi dalil wajibnya mengikuti sunnah Nabi.

Mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Nabi sebagai perwujudan kesempurna’an iman dan manifestasi dari sahadat, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Ta’ala.

برك الله فيكم

Agus Santosa Somantri

https://agussantosa39.wordpress.com/category/04-bidah/02-memahami-bidah/

================