HUKUMNYA MENSHALATI JENAZAH AHLI BID’AH

.
HUKUMNYA MENSHALATI JENAZAH AHLI BID’AH
.
Hukumnya menshalati jenazah ahli bid’ah dilihat dari bid’ah yang dilakukannya. Apabila bid’ah yang dilakukannya tidak menyebabkannya keluar dari Islam, maka jenazahnya berhak dishalati. Adapun ahli bid’ah yang melakukan kebid’ahan yang menyebabkannya keluar dari Islam, maka tidak berhak dishalati.
.
Berikut penjelasannya :
.
1. Ahli bid’ah yang melakukan kebid’ahan yang tidak menyebabkannya keluar dari Islam, maka jenazahnya berhak untuk dishalati, dido’akan, dan dimintakan ampunan untuknya.
.
Di dalam Kitab Bidayah al-Mujtahid, Dar al-Kotob al-Islamiyyah, juz 1, hal. 234 disebutkan :
.
وَأَجْمَعَ أَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى إِجَازَةِ الصَّلَاةِ عَلَى كُلِّ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَفِي ذَلِكَ أَثَرٌ أَنَّهُ قَالَ – عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: “صَلُّوا عَلَى مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ”، وَسَوَاءٌ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْكَبَائِرِ أَمْ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ، إِلَّا أَنَّ مَالِكًا كَرِهَ لِأَهْلِ الْفَضْلِ الصَّلَاةَ عَلَى أَهْلِ الْبِدَعِ
.
“Sebagian besar para ahli ilmu (ulama) sepakat untuk melaksanakan shalat jenazah bagi orang yang mengucapkan “لا إله إلا الله” (tidak ada tuhan selain Allah). Kewajiban shalat tersebut atas dasar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya Nabi  pernah bersabda : ‘Shalatlah kalian kepada orang yang mengucapkan لأ إله إلا الله (tidak ada tuhan selain Allah). Dan semua itu sama saja, apakah dia pelaku dosa besar ataukah ahli bid’ah”.
.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :
.
فَكُلُّ مُسْلِمٍ لَمْ يُعْلَمْ أَنَّهُ مُنَافِقٌ جَازَ الِاسْتِغْفَارُ لَهُ وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ، وَإِنْ كَانَ فِيهِ بِدَعَةٌ أَوْ فِسْقٌ، لَكِنْ لَا يَجِبُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ أَنْ يُصَلِّي عَلَيْهِ
.
“Setiap muslim yang tidak diketahui bahwasanya dia munafiq, boleh (jenazahnya) dimintakan ampunan untuknya dan menshalatinya, walaupun di dalam dirinya ada kebid’ahan atau kefasikan, akan tetapi tidak wajib bagi setiap kaum muslimin untuk menshalatinya”. (Minhajus Sunnah, 5/235).
.
● Orang yang memiliki keutamaan disyari’atkan tidak menshalati jenazah ahli bid’ah
.
Walaupun ahli bid’ah yang perbuatan bid’ahnya tidak menyebabkannya keluar dari Islam jenazahnya berhak dishalati, akan tetapi para Ulama lebih suka apabila orang-orang yang memiliki keutamaan (ulama) tidak menshalati jenazahnya. Tujuannya adalah, supaya orang-orang tidak mengikuti kesesatanya.
.
Imam Malik rahimahullah berkata :
.
ينبغي لأهل الفضل أن يجتنبوا الصّلاة على المبتدعة ومظهري الكبائر ردعا لأمثالهم. (الفقه الإسلاميّ وأدلّته: جزء ٢، ص ٤٨٣).
.
“Orang-orang yang memiliki keutamaan (ulama), untuk tidak menshalati jenazah ahli bid’ah dan pelaku dosa besar. Untuk mencegah orang-orang berbuat demikian”.
.
Di dalam Bidayah al-Mujtahid, Dar al-Kotob al-Islamiyyah, juz 1, hal. 234 disebutkan :
.
إِلَّا أَنَّ مَالِكًا كَرِهَ لِأَهْلِ الْفَضْلِ الصَّلَاةَ عَلَى أَهْلِ الْبِدَعِ
.
“Hanya saja Imam Malik membenci orang yang mempunyai kedudukan utama di sisi Allah mensholati (jenazah) ahli bid’ah”.
.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

وَإِذَا كَانَ فِي تَرْكِ الصَّلَاةِ عَلَى الدَّاعِي إِلَى الْبِدْعَةِ وَالْمُظْهِرِ لِلْفُجُورِ مَصْلَحَةٌ مِنْ جِهَةِ انْزِجَارِ النَّاسِ، فَالْكَفُّ عَنِ الصَّلَاةِ كَانَ مَشْرُوعًا لِمَنْ كَانَ يُؤْثِرُ تَرْكَ صَلَاتِهِ فِي الزَّجْرِ
.
“Dan jika meninggalkan untuk menshalati seorang yang mengajak kepada kebid’ahan dan orang yang menampakkan kefajirannya terdapat mashlahat dari sisi memberi jera kaum muslimin, maka tidak menshalatinya adalah hal yang disyariatkan bagi orang yang memiliki pengaruh ketika meninggalkan menshalatinya dalam memberikan efek jera”. (Minhajus Sunnah, 5/235).
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata : “Juga sebagaimana dahulu banyak dari kalangan salaf (pendahulu) berhalangan untuk menyolati ahli bid’ah, maka pengamalannya terhadap sunnah ini bagus”. (Majmu’ Fatawa, 24/285).
.
Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata : “Apabila ada seseorang yang tidak turut menshalati seorang muslim – atau para ulama tidak mau mensholatinya -, hal ini tidaklah menunjukkan bahwa mensholati orang ini adalah terlarang. Hal ini mengindikasikan bahwa para salaf sedang menunjukkan suatu hikmah dan beberapa hal yang tidak dapat dipenuhi (dilakukan) oleh orang selainnya”.
.
Disebutkan dalam buku yang berjudul, Buku 3 Fiqih Kontemporer : Fuqaha Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat, para tokoh agama hendaknya tidak mensholati jenazah ahli bid’ah dan pendosa besar yang sudah dikenal luas, sebagai pelajaran penjeraan bagi orang-orang yang seperti itu.
.
2. Ahli bid’ah yang melakukan kebid’ahan yang menyebabkannya keluar dari Islam, maka jenazahnya tidak berhak dishalati, dido’akan, dan dimintakan ampunan baginya.
.
Dalilnya, Allah Ta’ala berfirman :
.
وَلا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ  وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
.
“Dan janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka. Dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik”. (Qs. at-Taubah, 84).
.
Ayat di atas merupakan dalil tidak bolehnya menshalati, berdo’a dan memintakan ampunan bagi orang munafik, yaitu orang yang  seolah-olah Islam padahal hakekatnya bukan Islam. Selain orang munafik, juga orang Islam tapi kemudian karena kesesatan yang dia lakukannya sehingga mengeluarkannya dari akidah Islam.
.
Dan berdasarkan ayat di atas, para ulama melarang untuk menshalati ahli bid’ah, yang perbuatan bid’ahnya mengeluarkannya dari Islam.
.
Imam Ahmad rahimahullah berkata :
.
الْجَهْمِيَّةُ وَالرَّافِضَةُ لَا يُصَلَّى عَلَيْهِمْ
.
“Al-jahmiyyah dan ar-Rofidhoh mereka tidak dishalati”. (Kasysyaaful Qinaa’ Syarhul Iqnaa’, 2/124).
.
Imam Ahmad rahimahullah juga berkata :
.
أَهْلُ الْبِدَعِ إنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تُصَلُّوا عَلَيْهِمْ
.
“Ahlul bid’ah, jika sakit maka jangan kalian kunjungi mereka, dan jika meninggal maka jangan kalian shalati mereka”. (Kasysyaaful Qinaa’ Syarhul Iqnaa’, 2/124).
.
Yang dimaksud oleh Imam Ahmad rahimahullah dalam keterangannya di atas adalah ahli bid’ah yang kebid’ahannya menyebabkannya keluar dari Islam.
.
Diantara kesesatan faham jahmiyyah ialah : Meniadakan sifat-sifat Allah dan menyangka bahwa Allah tidak bisa disifati dengan sifat apa pun, karena pemberian sifat bisa mengakibatkan penyerupaan dengan makhluk-Nya. (Ar-Radd ‘alaa Jahmiyyah, hal.17 karya Imam ad-Darimi, dan Majmuu’ Fataawaa ; 5/20).
.
Diantara kesesatan kaum Rofidhoh adalah : Pengkafiran terhadap para Sahabat Nabi, dan keyakinan bahwa para Sahabat Nabi telah murtad kecuali hanya beberapa orang saja.
.
Demikian, wallahu a’lam.
.
By: Abu meong
.
.
Sumber tulisan :
.
https://bekalislam.firanda.net/2959-shalat-jenazah-fardhu-kifaayah.html#_ftn55
.
https://tausyah.wordpress.com/2010/06/22/ulama-salaf-tidak-mau-menshalati-para-ahlul-bidah
.
https://ameeralife.com/berita//rt557156070262726001/korupsi-termasuk-extraordinary-crime-apa-hukumnya-mensholatkan-jenazah-koruptor
.
.
_____


HIKUM BERMUAMALAH DENGAN AHLI BID’AH

.
HUKUM BERMUAMALAH DENGAN AHLI BID’AH
.
Larangan duduk-duduk (bermajlis/bergaul) dengan ahli bid’ah bukan berarti terlarang bermuamalah dengan mereka, selama muamalahnya tidak mengandung kebid’ahan.
.
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafidzahullah ditanya :
.
الجار الذي هو من أهل البدع وقد تكون بدعته مكفرة، كيف أتعامل معه؟
.
Bagaimana cara saya bermuamalah dengan tetangga yang termasuk ahli bid’ah dan bisa jadi bid’ahnya mukaffirah (mengeluarkan dari islam) ?
.
Syaikh hafidzahullah menjawab :
.
تعامل معه بدعوته والحرص على إنقاذه، وكما تعامل الكافر الذي هو كافر أصلي أيضاً تعامله
.
”Bermuamalah dengannya dengan cara mendakwahinya dan sangat berharap dia bisa terbebas dari bid’ahnya. Sebagaimana engkau boleh bermuamalah dengan orang kafir tulen maka engkau juga boleh bermuamalah dengannya”
.
وإذا كان هجرك إياه يفيده فافعل، لكن في الغالب أن الجيران لا يؤثر هجرهم، إنما الذي يؤثر مثل هجر الوالد للولد، وهجر الشيخ للتلميذ وغيرهم ممن قد يؤثر فيهم الهجر
.
”Dan jika hajr-mu kepadanya bermanfa’at maka lakukanlah. Akan tetapi, pada umumnya hajr ini tidak memberi pengaruh kepada tetangga. Hajr yang memberi pengaruh adalah seperti hajrnya orang tua kepada anaknya, hajr seorang guru kepada muridnya dan yang semisalnya, yaitu orang yang memang berpengaruh jika melakukan hajr”
.
وأما قضية الجيران فكون الإنسان يبقى على صلة به ويحرص على هدايته خير من أن يهجره ويبتعد عنه.
.
”Adapun masalah dengan tetangga maka hendaknya seseorang itu tetap menyambung hubungan dengannya dan bersemangat untuk menunjukkan kebaikan kepadanya dari pada melakukan hajr dan menjauhinya”.

Sumber : http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=170612#170615
.
.


DILARANG MENGAMBIL ILMU KEPADA AHLI BID’AH

.
DILARANG MENGAMBIL ILMU KEPADA AHLI BID’AH
.
Pepatah Arab mengatakan :
.
العلم نور والجهل ضار
.
”Ilmu itu cahaya dan bodoh itu bahaya”.
.
Ilmu adalah penerang bagi manusia, dengan ilmu manusia bisa membedakan mana haq mana batil, mana sunnah mana bid’ah, mana yang tauhid mana yang syirik, mana yang baik mana yang buruk. Sejatinya ketika manusia memiliki ilmu, maka akan menjadikan dirinya selamat bukan malah tersesat.
.
Apakah bisa kita rajin mencari ilmu, tapi malah justru menjadi tersesat ?
.
Tergantung dari mana kita mendapatkannya, apabila kita mengambil ilmu dari orang sesat, maka kita pun bisa terseret kesesatan. Maksud hati ke pulau impian tapi justru malah terdampar di pulau setan.
.
Mencari ilmu disyari’atkan dalam Islam. Sebagaimana syari’at Islam lainnya, mencari ilmu pun harus mengikuti tuntunan. Tidak ada satupun syari’at Islam yang tidak ada tuntunannya.
.
Dalam perkara mencari ilmu, Islam pun memberikan petunjuk, supaya para pencari ilmu tidak malah terjerumus kedalam lembah kegelapan.
.
Orang yang punya keinginan mendapatkan ilmu yang benar, harus waspada supaya tidak mengambil ilmu dari sembarang orang. Sehingga bukan menyelamatkan tapi justru malah mencelakakan.
.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ
.
“Sesungguhnya di antara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (ahli bid’ah)”. (Riwayat Ibnul Mubarak, al Lalikai, dan al Khaththib al Baghdadi).
.
Imam Ibnul Mubarak rahimahullah ditanya : “Siapakah orang-orang kecil itu ?” Beliau menjawab : “Orang-orang yang berbicara dengan fikiran mereka. Adapun shaghir (anak kecil) yang meriwayatkan dari kabir (orang tua, Ahlus Sunnah), maka dia bukan shaghir (ahli bid’ah)”. (Jami’ Bayanil ‘ilmi, hlm. 246).
.
Dalam riwayat lain, Imam Ibnul Mubarak juga mengatakan : “Orang-orang kecil dari kalangan ahli bid’ah”. (Riwayat al Lalikai, 1/85).
.
Hadits diatas menyebutkan, bahwa diantara tanda menjelang datangnya kiamat ialah diambilnya ilmu dari Ashaagir (الْأَصَاغِرِ). Yang di maksudkan Ashaagir (الْأَصَاغِرِ) yaitu ahli bid’ah. Sebagaimana yang diterangkan Imam Ibnul Mubarak diatas.
.
Mengambil ilmu dari ahli bid’ah akan menimbulkan banyak kerusakan ditengah-tengah umat, kemulia’an Islam ternodai juga perselisihan tidak kunjung reda. Karena bid’ah menimbulkan perpecahan diantara sesama umat Islam.
.
Mengambil ilmu dari ahli bid’ah menjadikan manusia tersesat, karena agama sebagai tuntunan yang seharusnya menjadi pedoman untuk meraih keselamatan, malah menyeret kedalam jurang kebinasa’an.
.
Maka pantaslah Ali bin Abi Thalib memperingatkan, supaya memperhatikan dari siapa ilmu itu didapat.
.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata :
.
اُنْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ هَذَا الْعِلْمَ فَإِنَّمَا هُوَ دِينٌ
.
“Perhatikanlah dari siapa kamu mengambil ilmu ini, karena sesungguhnya ia adalah agama”. (Riwayat al Khaththib al Baghdadi di dalam al Kifayah, hlm. 121).
.
Seorang Sahabat yang lain yaitu Abdullah bin Mas’ud menyebutkan, ilmu yang datangnya dari ahli bid’ah, akan menjadikan umat bercerai-berai dan binasa.
.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :
.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا أَتَاهُمُ الْعِلْمُ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ مِنْ أَكَابِرِهِمْ, فَإِذَا أَتَاهُمُ الْعِلْمُ مِنْ قِبَلِ أَصَاغِرِهِمْ، وَ تَفَرَّقَتْ أَهْوَاءُهُمْ، هَلَكُوْا
.
“Manusia akan selalu berada di atas kebaikan, selama ilmu mereka datang dari para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan dari orang-orang besar (tua) mereka. Jika ilmu datang dari arah orang-orang kecil (ahli bid’ah) mereka, dan hawa-nafsu mereka bercerai-berai, mereka pasti binasa”. (Riwayat Imam Ibnul Mubarak di dalam az Zuhud, hlm. 281, hadits 815).
.
● Tuntunan para Ulama bagi penuntut ilmu
.
Para Ulama semenjak dahulu sampai hari ini, sudah memberikan bimbingan supaya tidak sembarangan dalam menuntut ilmu.
.
Imam Malik rahimahullah berkata :
.
لاَ يُؤْخَذُ الْعِِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ: سَفِيْهٍ مُعلِنِ السَّفَهِ، وَ صَاحِبِ هَوَى يَدْعُو إِلَيْهِ، وَ رَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحاَدِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لاَ يَكْذِبُ عَلَى الرَّسُوْل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَ رَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَ صَلاَحٌ لاَ يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ
.
“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa’ (pengikut hawa nafsu) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicara’an-pembicara’annya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan”. (Jami’ Bayanil ‘Ilmi, hlm. 348).
.
Syaikh Bakar Abu Zaid berkata : “Waspadalah terhadap Abu Jahal (bapak kebodohan), yaitu ahli bid’ah, yang tertimpa penyimpangan aqidah, diselimuti oleh awan khurafat, dia menjadikan hawa nafsu sebagai hakim (penentu keputusan) dengan menyebutnya dengan kata “akal”. Dia menyimpang dari nash (wahyu), padahal bukankah akal itu hanya ada dalam nash ? Dia memegangi yang dha’if (lemah) dan menjauhi yang shahih. Mereka juga dinamakan ahlus syubuhat (orang-orang yang memiliki dan menebar kerancuan pemikiran) dan ahlul ahwa’ (pengikut hawa nafsu). Oleh karena itulah Ibnul Mubarak menamakan ahli bid’ah dengan ash shaghir (anak-anak kecil)”. (Hilyah Thalibil ‘Ilmi, hlm. 39, karya Syaikh Bakar Abu Zaid).
.
Syaikh Bakar Abu Zaid berkata : ”Wahai, penuntut ilmu. Jika engkau berada dalam kelonggaran dan memiliki pilihan, janganlah engkau mengambil (ilmu) dari ahli bid’ah, (yaitu) : seorang Rafidhah (Syi’ah), seorang Khawarij, seorang Murji’ah, seorang qadari (orang yang mengingkari takdir), seorang quburi (orang yang berlebihan mengagungkan kuburan), dan seterusnya, karena engkau tidak akan mencapai derajat orang yang benar aqidah agamanya, kokoh hubungannya dengan Allah, benar pandangannya, mengikuti atsar (jejak Salaf), kecuali dengan meninggalkan ahli bid’ah dan bid’ah mereka”. (Hilyah Thalibil ‘Ilmi, hlm. 40).
.
Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir Ruhaili hafizhahullah berkata : ”Sesungguhnya para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in sesudah mereka telah memberikan bimbingan untuk mengambil ilmu dari orang yang ‘adil dan istiqamah. Mereka telah melarang mengambil ilmu dari orang yang zhalim dan menyimpang. Dan di antara orang yang menyimpang, yaitu para ahli bid’ah. Sesungguhnya mereka telah menyimpang dan menyeleweng dari agama dengan sebab bid’ah-bid’ah itu, maka tidak boleh mengambil ilmu dari mereka. Karena ilmu merupakan agama, dipelajari untuk diamalkan. Maka jika ilmu diambil dari ahli bid’ah, sedangkan ahli bid’ah tidak mendasarkan dan menetapkan masalah-masalah kecuali dengan bid’ah-bid’ah yang dia jadikan agama, sehingga ahli bid’ah itu akan mempengaruhi murid-muridnya secara ilmu dan amalan. Sehingga murid-murid itu akan tumbuh di atas bid’ah dan susah meninggalkan kebid’ahan setelah itu. Apalagi jika belajar dari ahli bid’ah itu pada masa kecil, maka pengaruhnya akan tetap dan tidak akan hilang selama hidupnya”. (Mauqif Ahli Sunnah wal Jama’ah min Ahlil Ahwa’ wal Bida’, hlm 686, karya Syaikh Ibrahim ar Ruhaili).
.
Disebutkan di dalam kitab Fatawa Aimmatil Muslimin, hlm 131, yang berisikan fatwa-fatwa sebagian ulama Mesir, Syam dan Maghrib mutaqaddimin : “Seluruh imam mujtahidin telah sepakat, bahwa tidak boleh mengambil ilmu dari ahli bid’ah”.
.
Itulah bimbingan para Ulama untuk para pencari ilmu, sehingga tidak sia-sia waktu yang diluangkan untuk belajar dan bisa mendapatkan ilmu yang benar dan beguna untuk keselamatan dunia akhirat. Aamiin.
.
با رك الله فيكم
.
By : Abu Meong
.
.
https://agussantosa39.wordpress.com/category/04-bidah/02-memahami-bidah/
.
.


BID’AH AKAN TERSEBAR SEHINGGA SUNNAH TIDAK AKAN TERLIHAT

.
BID’AH AKAN TERSEBAR SEHINGGA SUNNAH TIDAK AKAN TERLIHAT
.
Sekarang ini kita saksikan tersebarnya amalan-amalan bid’ah di mana-mana. Sehingga umat Islam yang awam menyangka, amalan-amalan bid’ah yang mereka kerjakan adalah ajaran Islam, padahal bukan.
.
Akan tersebarnya amalan-amalan bid’ah yang dikerjakan oleh sebagian umat Islam saat ini, memang sudah disebutkan oleh seorang Sahabat Nabi, Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu.
.
Suatu ketika Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu mengambil dua batu dan meletakkan salah satunya di atas yg lain. Lalu Hudzaifah bin Yaman berkata kepada para Shahabatnya :
.
”Apakah kalian melihat ada cahaya di antara sela-sela dua batu itu ?”.
.
Mereka berkata : ”Wahai Abu Abdirrahman, kami tidak melihatnya kecuali sedikit saja”.
.
Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata : ”Demi Dzat yang diriku berada ditangan-Nya, bid’ah benar-benar akan muncul sampai kebenaran tidak terlihat kecuali seperti cahaya diantara dua batu tersebut. Demi Allah, bid’ah akan benar-benar tersebar sehingga apabila ada sebuah bid’ah yang ditinggalkan, mereka akan berkata : ”Sunnah sudah ditinggalkan”.
.
(Al-Bida’ wan Nahyu’ Anha, hlm. 58).
.
Wallahu a’lam.
.
.
https://agussantosa39.wordpress.com/category/11-bidah/04-bidah-yang-dilarang-nabi-adalah-bidah-dalam-urusan-ibadah
.
.


HADITS NABI TENTANG BID’AH

.
HADITS NABI TENTANG BID’AH
.
Banyak hadits Nabi yang mengingatkan dan mencela perbuatan bid’ah, maka seharusnya umat Islam hati-hati supaya selamat dari tipu daya para penyesat umat yang menjerumuskan umat kepada bermacam-macam amalan bid’ah.
.
Berikut beberapa hadits Nabi tentang bid’ah :
.

  1. Hati-hati terhadap bid’ah
    .
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    .
    “Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan (bid’ah) karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”. (Hr. Abu Daud, no. 4607, dan Tirmidzi, 2676).
    .
  2. Sejelek-jelek perkara adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    .
    “Sesungguhnya sebaik-baik perkata’an adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat”. (Hr. Muslim).
    .
    Dalam riwayat An Nasa’i disebutkan,
    .
    وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
    .
    “Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (dalam urusan agama), setiap yang diada-adakan (dalam urusan agama) itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan. Dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka”. (Hr. An Nasa’i).
    .
    Dalam Musnad Ahmad bin Hanbal diriwayatkan, Abdullah berkata :
    .
    إِنَّهُ سَيَلِى أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِى رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا. قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِى إِذَا أَدْرَكْتُهُمْ قَالَ: لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ. قَالَهَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
    .
    “Sesungguhnya seburuk-buruknya perkara kamu sekalian sesudahku yaitu seseorang yang mematikan sunnah, mengada-adakan bid’ah dan mengakhirkan shalat dari waktunya, berkata ibnu Mas’ud, Ya Rasulullah bagaimana apabila aku mengetahui mereka, Rasul bersabda : Ya Ibnu Ummi ‘Abdin tidak ada keta’atan bagi orang yang durhaka kepada Allah” Dia berkata tiga kali”.
    .
  3. Akan muncul umat Nabi yang kerasukan bid’ah sebagaimana anjing terkena penyakit rabies
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لَا يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلَا مَفْصِلٌ إِلَّا دَخَلَهُ
    .
    “Dan sungguh, nanti akan muncul pada umatku sekelompok orang yang kerasukan bid’ah dan hawa nafsu sebagaimana anjing kerasukan rabies, tak tersisa satu pun dari urat dan sendinya melainkan telah kerasukan”. (Hr. Abu Dawud, dan Ahmad).
    .
  4. Perbuatan bid’ah tertolak
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    من احدث في امرنا هد ما ليس منه فهو رد
    .
    “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (agama/ibadah) yang tidak ada asalnya (tidak Rasulullah lakukan/perintahkan), maka perkara tersebut tertolak”. (Hr. Bukhari, no. 20).
    .
    Ibnu Abbas berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
    .
    “Allah tidak akan menerima amal perbuatan bid’ah hingga dia meninggalkan bid’ahnya”.
    .
  5. Allah Ta’ala melaknat pelaku bid’ah
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
    .
    مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
    .
    “Barangsiapa berbuat bid’ah didalamnya (Madinah), atau melindungi pelaku bid’ah, maka baginya laknat Allah, para Malaikat, dan manusia”. (Muttafaq ‘Alaih).
    .
  6. Ahli bid’ah adalah sejahat-jahat makhluk
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺷﺮ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻭﺍﻟﺨﻠﻴﻘﺔ
    .
    “Ahli bid’ah itu adalah sejahat-jahat makhluk”. (Hr. Abu Daud).
    .
  7. Ahli bid’ah adalah penipu umat
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang menipu umatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Para sahabat bertanya, “apa maksud menipu umatmu ya Rasulullah ?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang suka mengada-adakan amalan bid’ah lalu mengajak manusia ikut mengamalkannya”. (Shahih, riwayat Daruquthni dari Anwas bin Malik).
    .
  8. Wajib membantah ahli bid’ah
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila telah muncul bid’ah-bid’ah dikalangan umatku, maka wajib atas siapa saja yang memiliki ilmu (tentang agama islam) untuk menyampaikan ilmunya. Jika ia tidak melakukannya, maka baginya laknat Allah, para malaikat-Nya dan seluruh manusia. Tidak akan diterima shodaqahnya dan keadilan (kebaikan) amalnya”. (Shahih ar-Rabi’i).
    .
  9. Jauhi dustakan dan cerca ahli bid’ah
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya dan ahli bid’ah sesudah aku tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran cerca dan kata tentang mereka dan kasusnya. Dustakan mereka, supaya mereka tidak semakin merusak Islam. Waspadai pula orang-orang yang dikhawatirkan meniru-niru bid’ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat kamu diakhirat”. (Hr. Ath-Thahawi).
    .
  10. Allah akan munculkan hamba-hambanya yang menolak perbuatan bid’ah
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    ﻣﺎ ﻇﻬﺮﺍﻫﻞ ﺍﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﺎ ﺍﻇﻬﺮﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻬﻢ ﺣﺠﺘﻪ ﻋﻠﻰﻟﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﻳﺸﺎﺀ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻪ
    .
    “Tidak muncul ahli bid’ah, melainkan dimunculkan pula oleh Allah kepada mereka itu seorang dari hamba-hamba-Nya, menegakkan hujjah serta dalil untuk menolak bid’ah tersebut”. (Hr. Hakim).
    .
  11. Di antara tanda kiamat adalah diambilnya ilmu dari ahli bid’ah
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    إِنَّ مِنْ أَشْرِاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُلْتَمَسَ الْعِلْمُ عِنْدَ الْأَصَاغِرِ
    .
    “Sesungguhnya diantara tanda hari Kiamat adalah, ilmu diambil dari orang-orang kecil (ahli bid’ah)”. (Riwayat Ibnul Mubarak, al Lalikai, dan al Khaththib al Baghdadi).
    .
  12. Allah mencegah pelaku bid’ah untuk bertaubat
    .
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
    .
    إِنَّ اللهَ حَجَزَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ
    .
    “Sesungguhnya Allah mencegah setiap pelaku bid’ah dari taubat”. (Hr. Abu Syaikh dalam Tarikh Ashbahan dan lainnya).
    .
  13. Ahli bid’ah akan diusir dari telaga al-Haud
    .
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    .
    أَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا
    .
    “Aku akan mendahului kalian menuju telaga… sungguh, akan ada beberapa orang yang dihalau dari telagaku sebagaimana dihalaunya onta yang kesasar. Aku memanggil mereka: “Hai datanglah kemari…!”. Namun dikatakan kepadaku : “Mereka telah mengganti-ganti (ajaranmu) sepeninggalmu…”. Maka kataku : “Menjauhlah kesana… menjauhlah kesana (kalau begitu)”. (Hr. Muslim, no 249, Ibnu Majah, no. 4306, dan lainnya).
    .
  14. Allah akan menolak ibadah para pelaku bid’ah
    .
    Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
    .
    لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلاَ صَلاَةً وَلاَ صَدَقَةً وَلاَ حَجًّا وَلاَ عُمْرَةً وَ لاَ جِهَادًا وَلاَ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً يَخْرُجُ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِين
    .
    “Allah tidak akan menerima puasanya orang yang berbuat bid’ah, tidak menerima shalatnya, tidak menerima shadaqahnya, tidak menerima hajinya, tidak menerima umrahnya, tidak menerima jihadnya, tidak menerima taubatnya, dan tidak menerima tebusannya, ia keluar dari islam sebagaimana keluarnya helai rambut dari tepung”.
    .
    .

AHLUS SUNNAH BERGEMBIRA DENGAN KEMATIAN TOKOH AHLI BID’AH

.
AHLUS SUNNAH BERGEMBIRA DENGAN KEMATIAN TOKOH AHLI BID’AH
.
إن المسلم الحق كما يحزن لموت العلماء والدعاة إلى الله
.
Seorang muslim sejati itu merasa sedih dengan wafatnya para ulama dan dai.
.
يفرح بهلاك أهل البدع والضلال، خاصة إن كانوا رؤوساً ورموزاً ومنظرين،
.
Demikian pula, muslim sejati merasa gembira dengan matinya ahli bid’ah dan orang sesat terutama jika dia adalah tokoh, icon dan aktor intelektual dari sebuah kesesatan.
.
يفرح لأن بهلاكهم تُكسر أقلامُهم، وتُحسر أفكارُهم التي يلبِّسون بها على الناس
.
Muslim sejati merasa gembira karena dengan meninggalnya mereka, tulisan dan pemikiran sesat orang tersebut yang menyesatkan banyak orang berhenti.
.
ولم يكن السلف يقتصرون على التحذير من أمثال هؤلاء وهم أحياء فقط، فإذا ماتوا ترحموا عليهم وبكوا على فراقهم
.
Para ulama salaf tidak hanya mengingatkan bahaya para tokoh kesesatan ketika mereka hidup, lalu ketika mereka mati lantas kita memohonkan rahmat Allah untuk mereka bahkan menangisi kepergian mereka.
.
بل كانوا يبيِّنون حالهم بعد موتهم، ويُظهرون الفرح بهلاكهم، ويبشر بعضهم بعضاً بذلك
.
Teladan para salaf adalah mereka menjelaskan kesesatan orang tersebut meski orang tersebut sudah mati. Salaf menampakkan rasa gembira dengan matinya tokoh kesesatan bahkan mereka saling menyampaikan berita gembira dengan matinya tokoh kesesatan.
.
ففي صحيح البخاري ومسلم يقول صلى الله عليه وسلم عن موت أمثال هؤلاء: “يستريح منه العباد والبلاد والشجر والدواب”
.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai kematian tokoh kesesatan : “Kematiannya menyebabkan manusia, tanah, pohon dan hewan merasa nyaman”.
.
فكيف لا يفرح المسلم بموت من آذى وأفسد العباد والبلاد
.
Bagaimana mungkin seorang muslim tidak merasa gembira dengan matinya seorang yang mengganggu dan merusak pemikiran banyak manusia dan merusak alam semesta.
.
لذلك لما جاء خبر موت المريسي الضال وبشر بن الحارث في السوق قال: لولا أنه كان موضع شهرة لكان موضع شكر وسجود، والحمد لله الذي أماته،..(تاريخ بغداد: 7/66) (لسان الميزان: 2/308)
.
Oleh karena itu ketika terdengar berita mengenai matinya Bisyr al Marisi saat Bisyr bin al Harits berada di pasar beliau berkomentar, “Seandainya berita ini bukanlah berita yang tersebar luas, tentu saja berita ini adalah berita yang perlu ditanggapi dengan kalimat syukur bahkan sujud syukur. Segala puji milik Allah yang telah mematikannya”. (Tarikh Baghdad 7/66 dan Lisan al Mizan 2/308).
.
وقيل للإمام أحمد بن حنبل: الرجل يفرح بما ينزل بأصحاب ابن أبي دؤاد، عليه في ذلك إثم؟ قال: ومن لا يفرح بهذا؟!.
.
Ada seorang yang bertanya kepada Imam Ahmad, “Apakah berdosa jika seorang itu merasa gembira dengan musibah yang menimpa para pengikut Ibn Abi Duad (tokoh Mu’tazilah) ?”. Jawaban Imam Ahmad, “Siapa yang tidak gembira dengan hal tersebut ?!”. (As-Sunnah, karya al Khallal 5/121).
.
وقال سلمة بن شبيب: كنت عند عبد الرزاق -يعني الصنعاني-، فجاءنا موت عبد المجيد، فقال: الحمد لله الذي أراح أُمة محمد من عبد المجيد.
.
Salamah bin Syubaib mengatakan, “Suatu hari aku berada di dekat Abdur Razzaq ash Shan’ani lalu kami mendapatkan berita kematian Abdul Majid”. Abdur Razzaq ash Shan’ani lantas menanggapi, “Segala puji milik Allah yang telah membuat nyaman umat Muhammad dari gangguan Abdul Majid”. (Siyar A’lam an-Nubala’, 9/435).
.
وعبد المجيد هذا هو ابن عبدالعزيز بن أبي رواد، وكان رأساً في الإرجاء
.
Abdul Majid yang dimaksudkan dalam hal ini adalah Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abu Rawad yang merupakan tokoh besar sekte Murjiah.
.
ولما جاء نعي وهب القرشي – وكان ضالاً مضلاً – لعبد الرحمن بن مهدي قال: الحمد لله الذي أراح المسلمين منه.
.
Ketika Abdurrahman bin Mahdi mendengar berita kematian Wahb al-Qurasyi, salah seorang tokoh kesesatan, beliau berkomentar, “Segala puji milik Allah yang telah membuat nyaman kaum muslimin dari gangguannya”. (Lisan al Mizan 8/402).
.
وقال الحافظ ابن كثير في البداية والنهاية ١٢/٣٣٨. عن أحد رؤوس أهل البدع: أراح الله المسلمين منه في هذه السنة في ذي الحجة منها، ودفن بداره، ثم نقل إلى مقابر قريش فلله الحمد والمنة، وحين مات فرح أهل السنة بموته فرحاً شديداً، وأظهروا الشكر لله، فلا تجد أحداً منهم إلا يحمد الله.
.
Berkata Ibnu Katsir dalam Kitab al Bidayah wan Nihayah 12/338, mengenai salah seorang tokoh ahli bidah, “Allah telah membuat kaum muslimin nyaman dari gangguannya pada tahun ini tepatnya pada bulan Dzulhijjah dan dimakamkan di dalam rumahnya lantas dipindah ke pekuburan Quraisy. Hanya milik Allah segala puji dan anugrah. Di hari kematiannya ahlu sunnah merasa sangat gembira. Ahli sunnah menampakkan rasa syukur mereka kepada Allah. Tidaklah anda jumpai seorang pun ahlu sunnah pada hari tersebut melainkan memuji Allah”.
.
هكذا كان موقف السلف رحمهم الله عندما يسمعون بموت رأسٍ من رؤوس أهل البدع والضلال،
.
Demikianlah sikap salaf saat mendengar kabar kematian salah seorang tokoh ahli bidah dan tokoh kesesatan.
.
وقد يحتج بعض الناس بما نقله الحافظ ابن القيم في (مدارج السالكين، ٢/٣٤٥) عن موقف شيخه شيخ الإسلام ابن تيمية من خصومه حيث قال: (وجئت يوماً مبشراً له بموت أكبر أعدائه وأشدهم عداوة وأذى له، فنهرني وتنكَّر لي واسترجع، ثم قام من فوره إلى بيت أهله فعزاهم وقال: إني لكم مكانه …)
.
Sebagian orang tidak sepakat dengan hal di atas lalu beralasan dengan pernyataan Ibnul Qayyim di Madarijus Salikin 2/345, menceritakan sikap gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah terhadap musuhnya. Ibnul Qayyim mengatakan, “Suatu hari aku datang menemui Ibnu Taimiyyah untuk menyampaikan berita kematian musuh terbesar beliau, seorang yang paling memusuhi dan suka menyakiti beliau. Beliau membentakku dan menyalahkan tindakanku. Beliau mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un kemudian segera berdiri menuju rumah keluarga orang tersebut lalu menyampaikan bela sungkawa dan mengatakan, ‘Aku adalah pengganti perannya’.
.
ومن تأمل ذلك وجد أنه لا تعارض بين الأمرين فمن سماحة شيخ الإسلام ابن تيمية أنه لا ينتقم لنفسه ولذلك عندما أتاه تلميذه يبشره بموت أحد خصومه وأشدهم عداوة وأذى له= نهره وأنكر عليه، فالتلميذ إنما أبدى لشيخه فرحه بموت خصمٍ من خصومه لا فرحه بموته لكونه أحد رؤوس البدع والضلال.
.
Siapa saja yang merenungkan dua sikap ahli sunnah di atas pasti akan berkesimpulan bahwa tidak ada pertentangan di antara keduanya. Di antara sikap besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah tidak ingin balas dendam. Oleh karena itu ketika murid beliau menyampaikan kabar gembira akan matinya salah seorang musuh beliau, seorang yang sangat keras permusuhan dan gangguannya terhadap beliau, beliau membentaknya dan menyalahkan tindakannya. Si murid hanya menampakkan di depan gurunya rasa gembira karena matinya salah satu musuh beliau, bukan gembira karena meninggalnya salah seorang tokoh ahli bidah dan tokoh kesesatan.
.
.
Sumber :
.
http://www.dorar.net/art/492
. http://ustadzaris.com/matinya-tokoh-kesesatan
.
.
_____

MENGAGUNGKAN KUBURAN

MENGAGUNGKAN KUBURAN

Diantara bid’ah yang Imam As-Suyuthi ingkari ialah pengagungan kepada kuburan.

Imam As-Suyuti berkata : “Adapun jika seseorang bertujuan untuk sholat di kuburan atau berdo’a untuk dirinya pada urusan-urusan pentingnya dan hajat kebutuhannya dengan mencari keberkahan dan mengharapkan dikabulkannya do’a di kuburan, maka ini jelas bentuk penentangan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta penyelisihan terhadap agama dan syari’at-Nya, DAN PERBUATAN BID’AH YANG TIDAK DIIZINKAN OLEH ALLAH DAN RASULNYA serta para imam kaum muslimin yang mengikuti atsar dan sunnah-sunnahnya. Karena bertujuan menuju kuburan untuk berdo’a mengharapkan untuk dikabulkan merupakan perkara yang dilarang, dan lebih dekat kepada keharaman. Para sahabat radhiallahu ‘anhum beberapa kali mendapati musim kemarau dan juga menghadapi masa-masa sulit setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas kenapa mereka tidak datang ke kuburan Nabi lalu beristighotsah dan meminta hujan di kuburan beliau ?, padahal beliau adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah ?. Bahkan Umar bin Al-Khotthob membawa Al-‘Abbas paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke musholla lalu Umar meminta Abbas untuk berdo’a meminta hujan, dan mereka tidak meminta hujan di kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”. (Al-Amru bil ittibaa’, 139).

Keterangan Imam Suyuthi diatas menjelaskan bahwa, orang yang shalat di kuburan atau berdo’a atau mencari keberkahan dari kuburan sebagai bentuk penentangan kepada Allah dan Rasulnya menyelisihi agama dan syari’atnya dan merupakan perbuatan bid’ah yang tidak diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Pengagungan kepada kuburan, berdo’a kepada penghuni kubur dan mencari keberkahan dari penghuni kubur biasa dilakukan oleh ahli bid’ah. Mereka meyakininya sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan perantara penghuni kubur yang mereka anggap sebagai orang suci.

Apakah Imam As-Suyuthi tidak mengetahui ada bid’ah hasanah, sehingga pengagungan kepada kuburan, Imam Suyuthi menyebutnya sebagai bid’ah yang tidak diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya ?

Apakah mereka ahli bid’ah para pemuja pengagung kuburan lebih faham Islam dan lebih berilmu daripada Imam As-Suyuthi ?

_________

NYANYIAN DAN JOGET DALAM IBADAH

NYANYIAN DAN JOGET DALAM IBADAH

Berikut ini seorang Ulama terkemuka yang dianggap sebagai pakar hadits pada masanya, yaitu Imam Al-‘Allamah Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi.

Imam As-Suyuthi pada zamannya dikenal sebagai pakarnya dalam bidang hadits dan cabang-cabangnya, baik yang berkaitan dengan ilmu rijal, sanad, matan, maupun kemampuan dalam mengambil istimbat hukum dari hadis.

Beliau lahir setelah waktu magrib malam Ahad, pada permulaan tahun 849 H di daerah Al-Asyuth, atau juga dikenal dengan “As-Suyuth”. Imam As-Suyuthi bermadzhab Syafi’i, seorang Ulama pembela sunnah yang banyak mengingkari kebid’ahan di zamannya.

Terlalu banyak bid’ah-bid’ah yang diingkari oleh Imam As-Suyuthi rahimahullah. Imam As-Suyuthi bahkan menulis sebuah kitab khusus yang berjudul :

الأَمْرُ بِالِاتِّبَاع وَالنَّهْيُ عَنِ الاِبْتِدَاع
ِ
Perintah untuk ittiba’/mengikuti sunnah dan larangan untuk berbuat bid’ah.

Sebuah kitab yang menjelaskan bid’ahnya perkara-perkara tersebut.

Bisa didownload di : http://www.4shared.com/get/lbBW0G8g/_____________.html

Berikut ini diantara bid’ah-bid’ah yang diingkari oleh Imam As-Suyuthi, dan bid’ah-bid’ah tersebut biasa di lakukan oleh sebagian umat Islam.

Apakah Imam As-Suyuthi tidak mengetahui bid’ah hasanah ?

• Nyanyian dan joget dalam beribadah

Nyanyian dan joget biasa dilakukan ahli bid’ah terutama orang-orang sufi dalam peribadahan mereka.

Tentang hal ini, Imam As-Suyuthi rahimahullah menyatakan : Bahwa orang yang melakukan hal ini (bernyanyi dan berjoget dalam ibadah) maka telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, telah gugur muru’ahnya, dan tertolak syahadahnya / persaksiannya”. (lihat Al-Amru bil ittibaa’ hal 99).

Orang-orang (kaum sufi) yang bernyanyi dan berjoget dalam peribadahan mereka tentu saja menganggapnya sebagai perkara yang baik.

Imam As-Suyuthi, seorang Ulama ahlu sunnah yang keilmuannya di akui umat Islam menyebutkan, nyanyian dan joget dalam ibadah sebagai kemaksiatan kepada Allah Ta’ala yang pelakunya di tolak sahadahnya.

______

MENGUSAP WAJAH SETELAH BERDO’A

MENGUSAP WAJAH SETELAH BERDO’A

Al-Izz bin Abdis Salam berkata : ”Dan tidaklah mengusap wajah setelah do’a kecuali orang jahil”. (Kittab Al-Fataawaa karya Imam Al-‘Izz bin Abdis Salaam hal 46-47, kitabnya bisa didownload di http://majles.alukah.net/showthread.php?t=39664).

Al-Izz bin Abdis Salam juga menyatakan, Bahwa mengirim baca’an qur’an kepada mayat tidaklah sampai”. (Lihat Kitab fataawaa Al-Izz bin Abdis Salam, hal: 96).

Dan banyak lagi bid’ah-bid’ah yang diingkari oleh Imam Al-Izz bin Abdis Salam seperti : Menancapkan pedang di atas mimbar, shalat rogoib dan sholat nishfu sya’ban dan melarang kedua sholat tersebut” (Tobaqoot Asy-Syafi’iah al-Kubro karya As-Subki 8/210, pada biografi Al-‘Iz bin Abdissalam).

_____