SIKAP DAN CELAAN PARA ULAMA KEPADA PERBUATAN BID’AH DAN AHLI BID’AH

.
SIKAP DAN CELAAN PARA ULAMA KEPADA PERBUATAN BID’AH DAN AHLI BID’AH
.
Bid’ah mengakibatkan banyak keburukan dan kerusakan yang diakibatkannya, sehingga pantas apabila para ulama bersikap tegas dan mencela sangat keras kepada perbuatan bid’ah dan ahli bid’ah.
.
Berikut sikap dan celaan para Ulama kepada perbuatan bid’ah dan ahli bid’ah :
.
1. Lebih suka melihat api di masjid daripada melihat kebid’ahan di masjid
.
Abu Idris Aidzullah bin Abdillah al-Khaulany rahimahullah (lhr, 8 H) berkata :
.
لأن أرى في المسجد ناراً لا استطيع إطفاءها أحب إلي من أن أرى فيه بدعة لا استطيع تغييره
.
“Sungguh, aku melihat api di masjid yang aku tidak mampu untuk memadamkannya, itu lebih aku sukai dibandingkan aku melihat bid’ah di dalamnya dalam keadaan aku tidak mampu untuk merubahnya”. (Al-I’tisham, jilid 1 hlm. 82).
.
2. Ungkapkan keborokan ahli bid’ah kepada umat
.
Imam al-Qarafi rahimahullah (lhr, 773) berkata : “Hendaknya kerusakan dan aib ahlul bid’ah serta pengarang buku-buku yang menyesatkan dibeberkan kepada umat, dan dijelaskan bahwa mereka tidak berada di atas kebenaran, agar orang-orang yang lemah berhati-hati darinya sehingga tidak terjerumus kedalamnya. Dan semampu mungkin umat dijauhkan dari kerusakan-kerusakan tersebut”. (Al-Furuq, IV/207).
.
3. Hindari ahli bid’ah apabila berpapasan di jalan
.
Yahya Bin Abi Katsir rahimahullah (wft, 132 H) berkata : “Apabila engkau menjumpai ahli bid’ah di jalan, maka ambillah jalan yang lain”. (Hilyatul Auliya: 3/69).
.
4. Muka ahli bid’ah gelap gulita
.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah (lhr, 118 H) berkata : “Sesungguhnya pelaku bid’ah itu pada mukanya terdapat kegelapan walaupun ia memakai minyak setiap hari tiga puluh kali”. (Al-Lalakai: 2/141).
.
5. Ahli bid’ah susah untuk bertobat
.
Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullah (wft, 161 H) berkata :
.
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ وَالْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا
.
“Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan. Dan pelaku kemaksiatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya”. (Riwayat al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah, no. 238, Musnad Ibnul Ja’ad, 1885. Majmu’ al-Fatawa, 11/472).
.
6. Ahlus Sunnah seharusnya menghukum ahli bid’ah dan menjauhi majlis mereka
.
Imam Asy-Syatibi rahimahullah (wft, 790 H/1388 M) berkata : “Sesungguhnya golongan yang selamat (dan mereka itu ahlus sunnah), diperintahkan untuk memusuhi ahli bid’ah, mengusir mereka, dan menghukum orang yang berusaha mendekati mereka dengan hukuman mati atau yang kurang dari itu. Sungguh para ulama telah memberi peringatan agar tidak bersahabat serta bermajlis bersama mereka”.
.
7. Ahli bid’ah lebih berbahaya daripada musuh
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (lhr, 1263 – wft, 1328) berkata tentang bahaya ahli bid’ah : “Seandainya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menjadikan adanya orang-orang yang mencegah bahaya mereka (ahli bid’ah) maka agama ini akan rusak dan kerusakannya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi. Karena, musuh jika ia berkuasa tidak akan merusakkan hati dan agama melainkan hanya mengikut saja. Ada pun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama kalinya”. (Majmu’ al-Fatawa, 28/232).
.
8. Jangan duduk di majlis ahli bid’ah
.
Imam Hasan al-Bashri (lhr, 642 M – wft, 728 M) rahimahullah berkata : “Janganlah kamu duduk bersama pelaku bid’ah karena ia akan menjadikan hati kamu sakit”. (Al-I’tisham, 1/172).
.
9. Imam Asy Syaukaniy rahimahullah (lhr, 1759 M – wft, 1834 M) berkata : “Maka jika Allah telah menyempurnakan agamanya sebelum Nabinya wafat, maka apa artinya pendapat bid’ah yang dibuat-buat oleh kalangan ahli bid’ah tesebut. Kalau memang hal tersebut merupakan agama menurut keyakinan mereka, maka berarti mereka telah beranggapan bahwa agama ini belum sempurna kecuali dengan tambahan pemikiran mereka, dan itu berarti pembangkangan terhadap al-Qur’an. Kemudian jika pemikiran mereka tersebut tidak termasuk dalam agama, maka apa manfaatnya mereka menyibukkan diri mereka dengan sesuatu yang bukan dari agama ini. Ini merupakan hujjah yang kokoh dan dalil yang agung yang selamanya tidak mungkin dapat dibantah oleh pemilik pemikiran tersebut. Dengan alasan itulah, hendaknya kita menjadikan ayat yang mulia ini sebagai langkah awal untuk menampar wajah-wajah ahli logika, membungkam mereka serta mematahkan hujjah-hujjah mereka”. (Al-Qaulul Mufid Fii Adillatil Ijtihaad Wattaqliid, hal. 38, Merupakan bagian dari Risalah Assalafiyyah, Cet: Daar Al Kutub Al ‘Ilmiyyah).
.
10. Jangan berteman dengan ahli bid’ah
.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (lhr, 541 H) berkata :
.
ﻭﻓﻰ ﺟﻤﻠﺔ، ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻤﻦ ﺗﺆﺛﺮ ﺻﺤﺒﺘﻪ ﺧﻤﺲ ﺧﺼﺎﻝ: ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﺎﻗﻼً ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻏﻴﺮ ﻓﺎﺳﻖ ﻭﻻ ﻣﺒﺘﺪﻉ ﻭﻻ ﺣﺮﻳﺺ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
.
“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia”. (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
.
11. Mencintai ahli bid’ah bisa membatalkan amal
.
Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah (lhr, 107 H) berkata,
.
مَنْ أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ أَحْبَطَ اللهُ عَمَلُهُ، وَأَخْرَجَ نُورَ الْإِسْلَامِ مِنْ قَلْبِهِ
.
“Barangsiapa yang mencintai ahli bid’ah maka Allah telah membatalkan amalannya, dan Allah telah mengeluarkan cahaya islam dari hatinya”. (Hilyah Al Auliya’ 8/103).
.
12. Lebih baik dimusuhi ahli bid’ah dari pada dimusuhi Nabi
.
Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata :
.
لأن يكونوا خُصمائي أهل البدع، يـوم القيـامة، خـير مـن أن يكـون، خَـصـمي رســول الله – صلى ا لله عليه وسلم -، بتَـركي الذبَّ عَـن سُـنّته
.
“Seandainya mereka semua (ahli bid’ah) menjadi lawan perselisihanku pada hari kiamat nanti, maka itu lebih baik bagiku, daripada lawanku adalah Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – disebabkan karena aku tidak mau membela sunnahnya”.
.
13. Menutup telinga tidak mau mendengarkan perkataan ahli bid’ah
.
Muhammad bin Sirin jika mendengar satu kata dari ahlul bid’ah, dia meletakkan dua telunjuknya di dua telinganya dan berkata : “Tidak halal bagiku berbicara dengannya sampai dia berdiri dari majelisnya”.
.
Seorang ahli bid’ah berkata kepada kepada Ayub As-Sakhtiyani, “Wahai Abu Bakr (yakni Ayub), aku ingin bertanya kepadamu satu kata”. Ayub berkata seraya berisyarat dengan telunjuknya, “Tidak, walaupun setengah kata”.
.
14. Tidak mau menemui ahli bid’ah
.
Dawud Al-Ashbahani datang ke Baghdad, dia berbicara dengan lemah lembut kepada Shalih bin Ahmad bin Hanbal untuk memintakan izin agar bisa bertemu dengan ayahnya (yakni Imam Ahmad bin Hanbal). Shalih pun datang kepada ayahnya dan berkata, “Ada seseorang minta kepadaku agar bisa bertemu denganmu”. Beliau bertanya, “Siapa namanya ?”. Shalih menjawab, “Dawud”. Beliau bertanya lagi, “Darimana dia ?”. Shalih khawatir membeberkan jati dirinya kepada Imam Ahmad, namun beliau terus bertanya hingga paham siapa yang ingin berjumpa dengannya. Maka Imam Ahmad berkata, “Muhammad bin Yahya An-Naisaburi telah menulis surat kepadaku tentang orang ini bahwa orang ini berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka janganlah dia mendekatiku”. Shalih berkata, “Wahai ayah, dia menafikan dan mengingkari tuduhan ini”. Imam Ahmad berkata, “Muhammad bin Yahya lebih jujur darinya. Jangan izinkan dia masuk kepadaku”.
.
.
________________