PERKATA’AN PARA SAHABAT NABI TENTANG BID’AH

.
PERKATA’AN PARA SAHABAT NABI TENTANG BID’AH
.
Para Sahabat Nabi rodhiyallohu ‘anhum adalah adalah generasi umat Islam terbaik. Mereka adalah umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling kuat imannya, dan paling paham terhadap setiap perkataan Nabi yang diajarkan kepada mereka.
.
Berikut perkataan para Sahabat Nabi tentang bid’ah :
.

  1. Setiap bid’ah adalah sesat
    .
    Umar radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    إِنَّ أَصْدَقَ القيل قيل الله و إِنَّ أَصْدَقَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّد و إِنَّ شَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، ألا و إِنَّ كل مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
    .
    “Sesungguhnya perkata’an yang paling benar adalah firman Alloh, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wasalam, dan sesungguhnya seburuk-buruk perkara adalah yang dibuat-buat (dalam agama). Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap perkara yang dibuat-buat (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan dan setiap kesesatan itu tempatnya di Neraka”. (Hr. Ibnul Wudhah, dalam al Bida’, hal. 31. Dan al Laalikaa’iy, hadits no. 100, 1/84).
    .
  2. Ikutilah sunnah dan jangan berbuat bid’ah
    .
    Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : “Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah dan istiqomah, ikutilah (Sunnah Nabi) jangan berbuat bid’ah”. (Hr. ad-Daarimi).
    .
  3. Ikutilah Nabi dan jangan berbuat bid’ah
    .
    Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    اتبَّعِوُا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
    .
    “Berittiba’lah (ikutlah) kamu kepada Rasululloh dan janganlah berbuat bid’ah (perkara baru dalam agama), karena sesungguhnya agama ini telah dijadikan cukup buat kalian, dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan”. (Hr. Ibnu Baththah, dalam Al Ibaanah, no. 175, 1/327-328. Dan Al Laalikaa’iy, no. 104, 1/86).
    .
  4. Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada sungguh-sungguh dalam bid’ah
    .
    Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    الْإِقْتِصَادُ فِي السُّنَّةِ أَحْسَنُ مِنَ الْاِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ
    .
    “Sederhana didalam Sunnah lebih baik dibandingkan bersungguh-sungguh di dalam bid’ah”. (Hr. al-Hakim).
    .
    Maksudnya, sedikit amalan namun diatas Sunnah (sesuai bimbingan Nabi) lebih baik dibandingkan banyak beramal dan bersungguh-sungguh, namun diatas kebid’ahan.
    .
  5. Setiap bid’ah itu sesat walaupun manusia menganggapnya baik
    .
    Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    كلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
    .
    “Setiap bid’ah itu adalah kesesatan, sekalipun manusia menganggapnya baik (hasanah)”. (Al Ibaanah, no. 205, 1/339. Al Laalikaa’iy, no. 126, 1/92).
    .
  6. Hati-hatilah terhadap bid’ah
    .
    Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    فَإِياَّكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلَالَة
    .
    “Berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena perkara yang diada-adakan (dalam agama) adalah sesat”. (Hilyatul Awliyaa’ [1/233]).
    .
  7. Jangan melakukan ibadah yang tidak dilakukan oleh para Sahabat
    .
    Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata :
    .
    كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا. فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالا. فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
    .
    “Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tidak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu”. (Hr. Ibnu Baththah, dalam Al-Ibanah).
    .
    .

EKSISTENSI BID’AH DARI MASA KE MASA

EKSISTENSI BID’AH DARI MASA KE MASA
.
Oleh: Ikhwan pecinta meong
.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan manusia dan jin bukan tidak ada maksud dan tujuan, tapi mereka di ciptakan untuk beribadah.
.
Allah Ta’ala berfirman :
.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
.
Beribadah kepada Allah Ta’ala harus dilakukan sesuai dengan tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, tidak bisa dilakukan sekehendak hati. Oleh karena itu Allah Ta’ala mengutus para Rasul untuk membimbing manusia supaya beribadah dengan benar. Namun setelah setiap para Rasul wafat, umatnya membuat-buat bid’ah dalam agama mereka, yang akhirnya menjadikan mereka menyimpang dan sesat.
.
Semenjak Nabi Adam ‘alaihis salam sampai generasi ke 10 dari umat manusia, semua manusia sa’at itu beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Tidak ada yang melakukan ke musyrikan.
.
Ibnu Abbas mengatakan, “Antara masa Nabi Adam dengan Nabi Nuh terdapat sepuluh generasi. Mereka seluruhnya adalah orang-orang yang bertauhid. Baru setelah itu terjadilah kemusyrikan di tengah-tengah kaum Nuh”. (Ajwibah Mufidah an Masa-il Adidah karya Syaikh Abdul Aziz ar Rajihi hal 1-4).
.
❁ Bid’ah yang dilakukan pertama kali oleh manusia
.
Setelah lewat generasi ke sepuluh, manusia mulai membuat-buat cara-cara baru dalam peribadahan yang bukan berdasarkan petunjuk dari Allah Ta’ala. Tapi berdasarkan anggapan baik menurut perasa’an mereka (hawa nafsu). Dan pada akhirnya manusia pun melakukan penyimpangan dan ke syirikan kepada Allah Ta’ala.
.
Dalam Shahih Bukhari terdapat penjelasan tentang sebab terjadinya kemusyrikan tersebut. Di tengah-tengah kaum Nuh terdapat lima orang shalih yaitu Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Kelima orang itu meninggal dunia dalam waktu hampir bersama’an. Setelah mereka semua meninggal, kaum Nuh mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Mereka lalu berkata, “Andai kita membuat patung lima orang tersebut tentu kita akan lebih semangat beribadah”. Akhirnya niatan itu mereka wujudkan. Pada generasi berikutnya setan memberi bisikan bahwa nenek moyang kalian membuat patung ini karena mereka berdo’a kepada patung dan memohon hujan kepada patung tersebut. Kemudian disembahlah patung tersebut. Maka terjadilah kemusyrikan yang pertama kali.
.
Itulah awal mula terjadinya kesesatan di tengah-tengah manusia. Pada mulanya manusia membuat cara-cara baru dalam peribadahan (bid’ah), yaitu membuat patung yang tujuan awalnya hanya untuk mengenang kesalihan orang-orang salih diantara mereka dan di maksudkan supaya menjadi motifasi untuk mengikuti kesalihan orang-orang salih tersebut. Namun pada masa berikutnya, perkara yang di ada-adakan dalam urusan agama (bid’ah) oleh mereka, menyeret generasi penerus mereka melakukan ke syirikan, yaitu berdo’a kepada patung-patung tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Setelah itu Allah Ta’ala pun mengutus Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk mengembalikan mereka kepada ajaran Tauhid.
.
Umat manusia berganti dari generasi ke generasi berikutnya. Yang awal mulanya manusia beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, namun selanjutnya mereka menyimpang dan melakukan kesyirikan. Lalu Allah Ta’ala pun mengutus para Rasul untuk mengembalikan manusia kepada ajaran yang benar.
.
❁ Bid’ah yang di lakukan pengikut Nabi Musa ‘alaihis salam
.
Nabi Musa ‘alaihis salam, sebagaimana para Nabi sebelumnya membimbing umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah Ta’ala. Namun ketika Nabi Musa ‘alaihis salam pergi ke bukit Tur meninggalkan kaumnya, ternyata kaum Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan penyimpangan dengan melakukan perkara yang tidak diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Mereka membuat-buat cara baru dalam peribadahan (bid’ah) dengan membuat patung anak lembu.
.
Allah Ta’ala dalam Firman-Nya :
.
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلا يَهْدِيهِمْ سَبِيلا اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
.
“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke Gunung Tur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka ?. Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al-A’raf, 148).
.
Itulah kesesatan Bani Israel ketika Nabi Musa masih hidup. Dan setelah Nabi Musa ‘alaihis salam wafat, mereka pun semakin menyimpang dan sesat.
.
❁ Bid’ah yang dilakukan pengikut Nabi Isa ‘alaihis salam
.
Setelah umat Nabi Musa ‘alaihis salam tidak lagi mentauhidkan Allah Ta’ala, lalu Allah Ta’ala mengutus kembali Nabi Isa ‘alaihis salam untuk mengembalikan kaum Bani Israil kepada jalan yang benar. Walaupun kebanyakan dari mereka menentang dan memerangi Nabi Isa ‘alaihis salam, namun sebagian dari mereka menerima seruan Nabi Isa dan mereka kembali mentauhidkan Allah Ta’ala.
.
Tapi setelah Nabi Isa wafat, sebagian besar dari mereka kembali menyimpang dan sesat. Dan pengikut Nabi Isa yang tetap memegang teguh ajaran Tauhid di buru dan di perangi. Lalu para pengikut ajaran Nabi Isa yang tetap memegang teguh ajaran Tauhid tersebut menyelamatkan diri dengan mengembara ke tempat-tempat yang jauh dan sebagiannya lagi mengasingkan diri di tempat-tempat sepi di muka bumi.
.
Diantara umat Nabi Isa ‘alaihis salam yang tetap memegang teguh ajaran Tauhid berkata kepada orang-orang yang memerangi mereka : “Bangunkan untuk kami sebuah biara di tempat terpencil, yang (ditempat itu) kami akan menggali sumur, menanam sayuran, dan kami tidak akan ikut campur urusan kalian”. Maka setelah itu setiap kabilah (kelompok orang beriman) memiliki keturunan dan kaum tersendiri. Dan atas merekalah turun ayat Allah Ta’ala yang artinya : “Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah (kerahiban) padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhoan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemelihara’an yang semestinya”. (QS. Al-Hadid: 27).
.
Untuk menyelamatkan keimanan mereka, umat Nabi Isa ‘alaihis salam membuat perkara baru dalam agama (bid’ah), yaitu rahbaniyah (kerahiban) yang tidak di perintahkan oleh Allah Ta’ala, sebagaimana yang di terangkan dalam Firman Allah Ta’ala di atas.
.
Namun generasi selanjutnya menganggap rahbaniyah (kerahiban) sebagai ajaran dari Nabi Isa ‘alaihis salam, mereka berkata : “Dan kami juga akan membangun biara sebagaimana si fulan”. Padahal mereka ketika itu berada pada kesyirikan. Mereka tidak mengetahui keimanan orang-orang terdahulu yang mereka ikuti tersebut.
.
Itulah diantara perkara baru dalam agama (bid’ah) yang dilakukan umat Nabi Isa ‘alaihis salam. Yang awal mulanya bertujuan untuk menyelamatkan keimanan mereka. Namun menjadikan generasi penerusnya terjerumus kedalam penyimpangan dan akhirnya mereka menjadi orang-orang musyrik yang sesat.
.
❁ Bid’ah yang di lakukan bangsa Arab Qurais
.
Bangsa Arab yang tinggal di Makkah, sebagiannya adalah keturunan dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Pada mulanya bangsa Arab Makkah beribadah hanya kepada Allah Ta’ala, karena mereka mengikuti ajaran Nabi Ibrahim alaihis salam. Namun seiring berjalannya waktu, bangsa Arab Makkah sama seperti umat-umat terdahulu yang mengalami penyimpangan dan kesesatan setelah tidak adanya Nabi dan Rasul di tengah-tengah mereka.
.
Selain mengimani adanya Allah Ta’ala, pada akhirnya bangsa Arab Makkah pun mengagungkan dan menjadikan berhala sebagai perantara kepada Allah. Mereka berdo’a kepada berhala-berhala tersebut pada sa’at mereka ada kebutuhan.
.
Menurut Ibnu Al-Kalbi, yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah setiap mereka akan pergi meninggalkan kota Makkah, selalu membawa sebuah batu yang diambilnya dari beberapa tempat di sekitar ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Ka’bah, dan untuk memperlihatkan kecinta’an mereka kepada Mekah. Kemudian batu-batu tersebut diletakan di tempat persinggahan atau tempat tinggal mereka. Mereka melakukan thawaf (mengelilingi) batu-batu itu. Layaknya orang melakukan thawaf waktu haji.
.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata,
.
قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتَ عَمْرٌو بِنْ عَامِرُ بِنْ لِحَيِّ الخزاعي يَجُرُّ قَصَبَهُ فِي النَّارِ وَكَانَ أَوَّلَ مَنْ سِيبَ السوائب
.
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Aku melihat ‘Amru bin ‘Amir bin Luhay Al-Khuzaa’i menarik-narik ususnya di neraka. Dia adalah orang pertama yang melepaskan onta-onta (untuk dipersembahkan kepada berhala)”. (HR. Bukhari no. 3333 dan Muslim no. 2856).
.
Ibnu Katsir menjelaskan sebagai berikut :
.
عَمْرٌو هَذَا هُوَ اِبْنٌ لِحَيِّ بِنْ قمعة، أَحَدٌ رُؤَسَاءَ خزاعة الَّذِينَ وَلَّوْا البَيْتَ بَعْدَ جَرِّهِمْ وَكَانَ أَوَّلُ مِنْ غَيْرِ دِينِ إِبْرَاهِيمَ الخليل، فَأَدْخَلَ الأَصْنَامَ إِلَى الحِجَازِ، وَدَعَا الرُّعَاعُ مِنْ النَّاسِ إِلَى عِبَادَتِهَا والتقرب بِهَا، وَشَرَّعَ لَهُمْ هَذِهِ الشَّرَائِعَ الجَاهِلِيَّةُ فِي الأنعام وَغَيْرِهَا
.
“Amru bin ‘Amir bin Luhay Al-Khuza’i merupakan salah satu pemimpin Khuza’ah yang memegang kekuasa’an atas Ka’bah setelah Kabilah Jurhum. Ia adalah orang yang pertama kali mengubah agama Ibrahim (atas bangsa Arab). Ia memasukkan berhala-berhala ke Hijaz, lalu menyeru kepada beberapa orang jahil untuk menyembahnya dan bertaqarrub dengannya, dan ia membuat beberapa ketentuan jahiliyyah ini bagi mereka yang berkena’an dengan binatang ternak dan lain-lain . .” (lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/148 QS. Al-Maidah ayat 103).
.
Itulah bid’ah yang di lakukan bangsa Arab Makkah. Mereka membuat perkara-perkara baru dalam peribadahan (bid’ah). Karena kecinta’annya kepada Makkah, kemana mereka pergi mereka membawa batu yang diambil di sekitar Ka’bah, kemudian di setiap tempat yang mereka singgahi, mereka melakukan tawaf layaknya orang melakukan thawaf waktu haji. Mereka juga meletakan berhala-berhala di dalam dan di luar Ka’bah dan di jadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
.
Itulah bid’ah-bid’ah yang di lakukan umat manusia di masa lalu. Yang pada akhirnya menjadikan mereka menyimpang dan tersesat dari ajaran yang benar.
.
❁ Nabi Muhammad di utus untuk memurnikan ajaran Tauhid
.
Rasulullah shallallahu ‘alawa salam di utus oleh Allah Ta’ala bukan saja hanya kepada bangsa Arab, akan tetapi untuk membimbing seluruh umat manusia.
.
Allah Ta’ala berfirman :
.
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ
.
“Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya”. (QS. Saba’: 28).
.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di lahirkan, keada’an bangsa Arab sudah tidak lagi memurnikan ajaran Tauhid. Lalu Allah Ta’ala mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul. Untuk mengembalikan mereka kepada ajaran Tauhid. Pada mulanya hanya sebagian kecil yang menerima seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun berkat perjuangan keras Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat setianya, akhirnya bangsa Arab dapat di kembalikan kepada ajaran yang benar.
.
Sebagaimana umat-umat para Rasulullah terdahulu, ketika Allah Ta’ala mewafatkan Rasul-Nya, maka umatnya menjadi menyimpang dan sesat, hal itu terjadi karena aneka rupa bid’ah yang mereka buat-buat. Dan ternyata umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun sebagaimana umat-umat terdahulu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, bermunculan orang-orang yang menyimpang dan sesat di tengah-tengah umat Islam. Mereka mengadakan perkara-perkara dalam urusan agama (bid’ah) yang tidak pernah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ajarkan. Benih-benih kebid’ahan sudah muncul sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Diantaranya ada tiga orang yang tujuannya ingin memperbanyak ibadah (taqorrub Ilallah).
.
Yang pertama dari mereka berkata,
.
فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا
.
“Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya”. (tanpa tidur).
.
Yang ke dua berkata,
.
أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ
.
“Aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan tidak akan berbuka”.
.
Dan yang ke tiganya berkata,
.
أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا
.
“Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”.
.
Itulah benih-benih kebid’ahan yang muncul ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun segera mendatangi dan menegur mereka.
.
أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ
.
“Kalian berkata begini dan begitu. Adapun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa.
.
َلَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
.
“Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku”. (HR. Bukhari no.5063).
.
Itulah teguran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka.
.
Setelah umat Islam di tinggal wafat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kebid’ahan merajalela tidak dapat di bendung. Muncul di tengah-tengah umat Islam aneka macam bid’ah, peraya’an-peraya’an keagama’an yang tidak di syari’atkan oleh Islam, cara-cara berdzikir yang tidak ada tuntunannya, kuburan di hiasi, di keramatkan dan di jadikan tempat mendekatkan diri kepada Allah. Maka dapat kita saksikan sa’at ini, banyak umat Islam yang sudah tidak mengenal lagi ajaran Islam yang murni dan tidak mentauhidkan Allah Ta’ala dengan benar. Maka apabila tidak ada lagi yang memperingatkan mereka, maka keada’an umat Islam pun akan sama seperti umat-umat terdahulu, yang awalnya mengikuti petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya namun akhirnya menjadi penganut ajaran menyimpang dan sesat.
.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluarga kita dari segala macam bid’ah, yang akan menjadikan manusia terjerembab ke dalam gelapnya kubangan kesesatan dan memusuhi para penyeru kebenaran.
.
.
با رك الله فيكم
.
Penulis : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏Mąŋţяί
.
(Pecinta meong dan pengamat ajaran sesat).
.
https://agussantosa39.wordpress.com/category/04-bidah/02-memahami-bidah/
.
.
___________

MENELADANI SHALAFUS SHALIH DALAM MENJAGA KEIKHLASAN DALAM BERAMAL

MENELADANI SHALAFUS SHALIH DALAM MENJAGA KEIKHLASAN DALAM BERAMAL

Semua umat Islam tentu berharap, apabila amal ibadah yang dilakukannya diterima oleh Allah Ta’ala. Karena diantara tujuan dari ibadah adalah mengharap ridho dan pahala, tidak mengharapkan kesia-sia’an. Namun ternyata tidak semua amal ibadah yang dilakukan manusia akan di terima, karena syarat di terimanya amal ibadah adalah ikhlas, semata-mata mengharap ridho Allah Ta’ala. Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia di samping sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Perlunya keikhlasan dalam ibadah di sebutkan Allah Ta’ala dalam Firman-nya :

الَّذِي خلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“(Allah-lah) yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya”. (QS Al-Mulk: 2).

Fudhail bin ‘Iyaad rahimahullah seorang Tabi’in yang agung mengatakan ketika menafsirkan Firman Allah, (yang artinya) “yang lebih baik amal ibadahnya” maksudnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar (paling mencocoki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Ma’alimut Tanziil [Tafsir Al-Baghowi] terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh).

Para Shalaf sebagai generasi terbaik umat Islam, mereka benar-benar memahami pentingnnya ikhlas dalam beramal. Mereka sangat khawatir terselip perasa’an riya yang dapat menghanguskan nilai amal salih. Para Shalaf sekuat tenaga menyembunyikan amal soleh mereka dari perhatian manusia.

Berikut ini beberapa riwayat para Shalafus Shalih dalam menyembunyikan amal soleh mereka yang patut kita teladani.

۞ Ar Robi bin Khutsaim murid ‘Abdullah bin Mas’ud tidak pernah mengerjakan shalat sunnah di masjid kaumnya kecuali hanya sekali saja. (Az Zuhud, Imam Ahmad, 5/60, Mawqi’ Jami’ Al Hadits).

Ar Robi bin Khutsaim khawatir orang-orang mengenalnya sebagai ahli ibadah, kemudian mereka menyanjungnya.

۞ Ayub As Sikhtiyaniy memiliki kebiasaan bangun setiap malam. Ia pun selalu berusaha menyembunyikan amalannya. Jika waktu shubuh telah tiba, ia pura-pura mengeraskan suaranya seakan-akan ia baru bangun ketika itu. (Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim Al Ash-bahaniy, 3/8, Darul Kutub Al ‘Arobiy, Beirut).

۞ Ali bin Al Husain bin ‘Ali biasa memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,

إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ

“Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla”.

Penduduk Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makanan. Ketika Ali bin Al Husain meninggal dunia, mereka tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Penduduk Madinah baru mengetahui yang memberi mereka makanan adalah Ali bin Al Husain setelah mengetahui di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam hari. (Hilyatul Auliya’, 3/135-136).

۞ Daud bin Abi Hindi berpuasa selama 40 tahun dan tidak ada satupun orang, termasuk keluarganya yang mengetahuinya. Ia adalah seorang pedagang kain di pasar. Di pagi hari, ia keluar ke pasar sambil membawa sarapan pagi. Dan di tengah jalan menuju pasar, ia pun menyedekahkannya. Kemudian ia pun kembali ke rumahnya pada sore hari, sekaligus berbuka dan makan malam bersama keluarganya. (Shifatus Shofwah, Ibnul Jauziy, 3/300, Darul Ma’rifah, Beirut, cetakan kedua, 1399 H).

۞ Ibrahim bin Ad-ham diajak makan (padahal ia sedang puasa), ia pun ikut makan dan ia tidak mengatakan, “Maaf, saya sedang puasa”. (Ta’thirul Anfas, hal. 246).

Ibrahim bin Ad-ham sampai membatalkan puasa sunnahnya karena khawatir orang-orang mengetahui kalau ia sedang berpuasa. Ibrahim bin Ad-ham tidak ingin di kenal sebagai ahli ibadah yang rajin puasa, dan orang-orang memujinya.

۞ Ar-Robi’ bin Khutsaim tidak suka apabila sedang membaca Al-Qur’an ada orang yang mengetahuinya. Jika ada orang yang akan menemuinya, dan Ar Robi’ bin Khutsaim sedang membaca mushaf Al-Qur’an, ia pun segera menutupi mushaf Al-Qur’an yang sedang ia baca dengan bajunya. (Hilyatul Awliya’, 2/107, Darul Kutub ‘Arobiy, cetakan keempat, 1405 H).

۞ Begitu pula halnya dengan Ibrahim An-Nakho’i. Jika ia sedang membaca Al-Qur’an, lalu ada yang masuk menemuinya, ia pun segera menyembunyikan Al-Qur’annya. (Ta’thirul Anfas, hal. 246).

Para Shalaf di masa lalu sampai berpura-pura sedang terkena pilek untuk menutupi tangisannya apabila mendapati ayat-ayat Allah Ta’ala yang mengandung ancaman.

۞ Ayub As-Sikhtiyaniy mengusap wajahnya, lalu ia berkata, “Aku mungkin sedang pilek berat.” Tetapi sebenarnya ia tidak pilek, namun ia hanya ingin menyembunyikan tangisannya (karena takut kepada Allah Ta’ala). (Ta’thirul Anfas, hal. 248).

۞ Abu As-Sa ib menampakkan senyumannya di hadapan manusia. Padahal ia sedang menangis ketika mendengar baca’an Al-Qur’an atau hadits. Ia tidak ingin tangisannya di ketahui manusia. (Ta’thirul Anfas, hal. 251).

Itulah beberapa riwayat para Shalafus Shalih dalam menyembunyikan amal soleh. Mereka sangat khawatir amal-amal soleh yang mereka lakukan hangus tidak ada nilainya di hadapan Allah Ta’ala karena terselip perasa’an riya di dalam hati.

Apabila kita perhatikan pada sa’at ini, banyak manusia yang senang mempublikasikan ibadah-ibadah atau amal soleh mereka, sungguh jauh berbeda dengan para Shalafus Shaleh. Perbeda’an ini akibat pemahaman mereka yang jauh berbeda. Para Shalafus Shaleh sangat memahami pentingnya ke ikhlasan dalam ibadah.

Sungguh rugi mereka yang beramal saleh tapi mengharapkan puja-puji dan sanjungan manusia.

با رك الله فيكم

By : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏๓ąŋţяί

https://agussantosa39.wordpress.com/category/01-islam-dakwah-tauhid/01-islam-sudah-sempurna

_________________

SETAN MENANAMKAN PERASA’AN KHUSYU’ KEPADA AHLI BID’AH

SETAN MENANAMKAN PERASA’AN KHUSYU’ KEPADA AHLI BID’AH
.
Tidak perlu heran apabila kita melihat para pelaku bid’ah, mereka begitu khusyu’ dalam mengerjakan amalan-amalan bid’ahnya. Menangis dalam dzikir-dzikir bid’ahnya dan suka cita dalam nyanyian dan tarian-tarian bid’ahnya. Mereka juga begitu bersemangat dalam acara-acara dan peraya’an-peraya’an bid’ahnya. Sehingga segala rupa amalan dan peraya’an bid’ah yang merebak di tengah-tengah umat sulit di bendung. Bahkan mereka melakukan perlawanan dan menunjukkan permusuhannya dengan caci-maki ketika di nasehati dan di peringatkan.
.
Nabila Dzaki Al-Imam Al Auzaa’iy rahimahullah berkata : “Telah sampai kepadaku bahwa, siapa yang membuat buat bid’ah sesat, maka syaithan akan membuat dirinya senang beribadah, dan menanamkan didalam hatinya kekhusyuan dan tangisan agar syaithan bisa lebih menanamkan bid’ah pada dirinya”. (Al’-Itishaam 1/125 ).
.
Silahkan di lihat bagaimana para pelaku bid’ah begitu khusyu dalam kebid’ahannya.
.
https://youtu.be/BkW1dQyzyl0
.
.
____________________

MANTAN WAKIL KETUA PG NU BERPALING KEPADA MANHAJ SALAF

MANTAN WAKIL KETUA PG NU BERPALING KEPADA MANHAJ SALAF

Sangat terlalu banyak apabila disebutkan satu persatu orang-orang yang tadinya gemar dengan beragam aneka ritual dan amalan-amalan bid’ah kemudian berpaling kepada manhaj Salaf.

Dan sosok yang satu ini salah satunya. Beliau adalah bernama Buchari seorang mantan anggota Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tahun 1965.

Sa’at kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah cabang Serang, dan Wakil Ketua Persatuan Guru NU Kabupaten Lebak 1969-1974.

Jabatan terakhirnya Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama, Serang, Banten (2008-2009).

Perubahan keyakinan Buchari berubah sejak ia dan istrinya berangkat haji pada 2007.

Selama di sana, ia membaca buku-buku karya ulama berpaham Wahabi, antara lain, Kasyfusy Syubuhat fit Tauhid (Menyingkap Kesalah pahaman dalam Tauhid) karya Muhammad bin Abdul Wahhab, Al-Aqidah ash-Shahihah wa Ma Yudladhuha (Aqidah Yang Benar dan Hal-Hal yang Membatalkannya) karya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, dan Haji, Umrah, dan Ziarah Menurut Kitab dan Sunnah, juga karya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.

Berdasarkan baca’annya dari buku-buku karya ulama Wahabi ini, Buchari menyatakan, seorang Muslim yang konsisten mengikuti Alquran dan as-Sunnah tidak akan mengikuti upacara peringatan ‘Maulid Nabi, Isra Miraj, dan Nuzulul Quran. Sebab, tradisi ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Ia juga menegaskan peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada 12 Rabiul Awal adalah meniru penganut agama Nasrani dalam merayakan Hari Natal (Hari Lahirnya Yesus Kristus) setiap 25 Desember

(Buku Mustasyar MWC NU Menggugat Maulid Nabi karya Buchari, hal 117 dan 211).

http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/15/01/28/nivmw6-raja-abdullah-dan-wahabi

_________________

TOBATNYA SEORANG KUBURIYUN

TOBATNYA SEORANG KUBURIYUN

Aku dulu sering membayangkan dengan cara menghayal, ka’bah itu seperti apa, hanya gambaran dari imajinasiku, aku tahu ka’bah dari kata orang orang dan gambar gambar yang sudah ada.

Tobatku dari selama menjadi penganut Islam model aswaja, membuat aku yakin bahwa ajaran yang aku kenal sebelumnya salah. Tetapi pertentangan jiwaku menerima “Muhammadiyah” ketika itu juga berat, hingga timbul pertarungan batin antara tetap di aswaja atau hengkang menuju dunia baruku, yaitu “Muhammadiyah”.

Terkadang aku melirik kesyirikan-kesyirikan yang pernah aku kerjakan, seperti bertirakat dikuburan, membuang waktu malam dari kuburan ke kuburan orang sholeh (menurut keyakinan aswaja), memburu wangsit atau ilham dari para penghuni kuburan orang orang shaleh.

Malam bukan menghabiskan waktu di mesjid, tetapi disebuah mushallah tanah pekuburan kramat (ala aswaja).

Dipelataran kuburan itu memang tempat mangkir kalangan selebritis kuburiyun yang mencari berbagai ilmu, macam “ilmu kassyaf” dan “Ladunni”

Di Madura memang yang namanya kuburan kyai atau orang orang sholeh lebih dari sekedar ka’bah di mekkah. bahkan demi kuburan mereka melakukan apa saja, guna kuburan bisa tertarik memberikan aura kepandaian kepada peminatnya.

“Suluk” kuburiyun ini memang berbacam macam caranya, tergantung keilmuan yang bersangkutan di tentang bertirakat di areal kuburan.

Saya mengenal tokoh sesat waktu itu namanya “Umbar atmonosari”, rumahnya disekitar kota Sumenep, jalan trunoyo, dia seorang ahli kuburan yang tak pernah absen, bahkan tak pernah sembahyang, juga seorang tokoh dari anshor waktu itu.

Menurutnya “sembahyang”
itu hanya untuk orang awam, itulah sebabnya dia gak pernah shalat jum’at ke mesjid, dia juga jago wanita melalui cara ilmu pelet yang dimiliki si Umbar ini.

Gurunya yang terkenal namanya Amirul Khotib asal Saronggi Sumenep, dia tokoh sholawat Wahidiyah yang sangat terkenal, juga gak pernah sholat, kerjanya hanya muter muter baca sholawat wahidiyah, karang KH. Romo yai Abdul Majid Ma’ruf kedonglo kediri.

Sholawat ini dikenal sebaga “Mujahadah” yang datang bisa mencapai ribuan, tetapi terus terang saja, kalau baca sholawat ini kayak gasing memutar kekanan kekiri, kedepan kebelakang, sambil membaca Ya sayyidi Ya Rosulullah secara berjama’ah, biasanya gaya sholawat wahidiyah ini memang harus dilakukan dengan berteriak teriak memanggil Rasulullah, shalat atau tidak yang penting baca sholawat wahidiyah.

Itulah Umabar (tokoh Anshor Sumenet tahun 70 puluhan, saya kenal baik dengan dia, bagaimana hidupnya dihabiskan dengan wanita hasil peletannya, juga pengikut setia sholawat wahidiyah.

Aku yang merasa salah dan dosa ikut-ikutan sholawat tersebut bukan makin menemukan ketenangan, tetapi diburu rasa ragu, bahwa yang dikerjakan aku salah,

Aku mohon kepada Allah supaya diberi ilmu yang benar. Karena hidupku pada waktu itu hanya dihabiskan untuk ibadah ibadah bid’ah menyesatkan, aku belajar namanya Hizbul Bahar, dan bermacam macam hizib-hizb unggulan aswaja.

Tetapi yang ada justru aku makin ragu, bahkan gara gara petunjuk seorang kyai aswaja K. Dawi asal Lenteng Sumenep, aku pernah puasa selama 40 hari. Buka dan sahurnya hanya skepal nasi putih, tetapi justru makin menguatkan aku meninggalkan Aswaja.

Taun 1977 aku mulai meninggalkan aswaja, bergabung dengan pengajian Ashhabul Kahfi yang terdiri dari 7 pemuda.

Dari wadah ini aku mengenal dunia ilmu. aku di perkenalkan pada sebuah pustaka temanku Jufry namanya, di rak lemari buku Jusfry ini terdapat berbagai buku tua warisan Ustad-ustad tahun 50 hingga enam puluhan, aku baca semua buku buku itu,

Seperti buku Ustad A. Hassan, soal Jawab A. Hassan, Surat debat dengan Sukarno, berjilid-jilid Al muslimun, Panji Masyarakat, Kiblat, buku karangan KH. Bahauddin Mudhhari (Dialog Islam Kristen), Buku bruosur Darussalam oleh Ustad Usman Bahababazy dan ratusan buku lainnya yang kemudian membuat aku bertobat murni dari Aswaja.

Tetapi aku tidak puas hanya sampai disitu, aku mulai haus ilmu, aku mulai gila membaca, aku datangi semua perpustaka’an di Sumenep, aku bandingkan ilmu-ilmu yang kudapat.

Aku ketemu dengan bukunya Sirajuddin Abbas 40 masalah dalam Islam. Buku ini sangat tidak ilmiah, bahkan isinya lebih standar emosi. Aku yang tak kenal “wahabi” waktu itu justru menjadi tahu wahabi dari caci maki sirajuddin Abbas terhadap wahabi, juga caci maki Sirajuddin abbas terhadap Ibnu Taimiyah. Sirajuddin abbas dalam memaki Ibnu Taimiyah hanya berpedoman pada seorag Ibnu batutah ketika berlayar di Aceh,

Dengan caci maki Sirajuddin Abbas tersebut justru membuat aku makin yakin ada tersembunyi di balik hujatannya terhadap Wahabi dan Ibnu Taimiyah,

Itulah yang mendorong aku membuka buku buku yang beraliran wahabi, aku pelajari buku buku wahabi, dan terus terang saja waktu itu tidak ada mulut paling jelek mencaci wahabi selain aswaja. Padahal waktu itu aku gak kenal wahabi, wahabi yang aku kenal waktu itu adalah Muhammadiyah, sebab kalau kyai kyai Madura lagi mencemooh Muhammadiyah selalu bilang “Muhammadiyah wahabi “. Itu dulu sebelum ada kasak kusuk dakwah salafi di Indonesia.

Jadi kebencian pada wahabi itu sudah ditanamkan sejak dini oleh para kyai di Madura, tetapi beda dengan aku, justru wahabi yang makin dibenci membuat aku terpanggil ingin tahu wahabi.

Siapa wahabi ?, ternyata maksudnya orang orang yang menjalankan Qur’an dan sunah, itulah yang dibenci mereka.

Muhammadiyah yang menjadi payung aku mempelajari Islam waktu membuat aku ingin menguji kebenaran lewat Muhammadiyah.

Tahun 1992 aku membayangkan Mekkah, menggambarkan ka’bah kayak apa, aku ingin melihat ka’bah, aku ingin tahu sendiri seperti apa mekkah, ka’bah dan Madina. Tetapi bagaimana Mungkin aku bisa ke ka’bah, pusat kiblat umat Islam itu, sedangkan yang mau dimakan waktu itu saja sering absen perharinya, apa mungkin bisa aku ke Mekkah ?

Aku tantang Allah dengan doa doaku : ”Ya Allah, Ya Allah, aku sudah meninggalkan alam sesat, dan aku berada dalam pangkuan Muhammadiyah, aku ingin ya Allah bukti, kalau aku masuk Muhammadiyah sebagai ormas yang benar membela agamamu, maka buktikan kebenaran-MU ya Allah, aku ingin merasakan nikmatnya Mekkah seperti apa, aku sekarang tak perduli aku menderta/ miskin, tetapi aku ingin bukti bahwa aku masuk bukan pada ormas yang salah ya Allah. Tetapi jika sekiranya aku gak benar, Ya Allah jangan kabulkan doaku, aku sudah sangat menderita ya Allah, kau ambil ayahku, engkau membuat lingkungannya benci padaku, karena aku berjalan diatas Quran dan sunah, ya Allah jika memang benar izinkan dan mudahkan aku menggapai ka’bah dengan tanganku sendiri.

Tahun 1993 menjelang Ramadhan saya bermimpi Nabi Muhammad datang kepadaku, beliau berada diantara pelangi yang menyambungkan ke Ka’bah, lalu beliau bersabda padaku : Kamu sudah menjalani empat perkara, tinggal satu, maka beliau memberikan yang satu itu padaku, aku terbangun, tenang hatiku, merasakan sesuatu ada yang hadir di dekatku.

Besoknya seorang tetanggaku bapak H Ghani bercanda denganku, ”Kapan ke mekkah ?”. jawabku : ”Isnsya Allah tahun ini.
Bapak Haji Ghani (tetanggaku hanya tersenyum, tapi aku tak su’uddzon pdanya).

Setelah H tinggal 10 hari, mendadak aku dikejutkan dengan telegram dari PP. Muhammadiyah Jakarta yang isinya : Zul secepatnya ke Jakarta, anda mendapat undangan dari Raja Fahd bin Abdul Aziz untuk menunaikan ibadah haji, bagaikan di sambar petir kegirangan, bulu kudukku merinding dan aku rebah ketanah sujud sambil menangis syukur, aku peluk Ibuku, aku cium ibuku, pamanku, semua menangis mendengar aku dipanggil menunaikan ibadah haji, hingga bibiku sendiri gak percaya kalau aku akan ketanah suci, bahkan mengatakan aku sinting……. Itulah bukti kebenaran Islam yang aku temukan di Muhammadiyah.
Tetanggapun menjadi gempar, bahkan ketika aku diliput RCTI di mekkah tahun 1993.

Saksi hidup dari orang orang PP. Muhammmadiyah masih hidup, beliau Ustad Goodwill Zubir (padang ), beliau juga sebagai ketua di PP. Muhammadiyah, juga saksi hidup lainnya adalah Buya Risman Mukhtar (padang) ketua PW Muhammadiyah DKI. Saksi meninggal adalah : Ustad Anhar Burhanuddin MA (Padang)…..Juga ketua Islam Tiongha (Ali Karim Oi, pemilik Mesjid Lautze jakarta).

______________

Profil Ustadz Zulkarnain El-Madury

Tanggal Lahir, 6 Agustus 1963

Pendidikan :

– Institute of Bussiness Study Angkatan 1992
– Pesantren At-Taufiqiyah Sumenep Angkatan 1984

Tempat Tinggal :

Jakarta, Kota Asal Kabupaten Sumenep Madura Jawa Timur

Jabatan :

Da’i Pimpinan Pusat Muhammadiyah Januari 1990 hingga sekarang Membina masyarakat Islam Tertinggal

Kontak Facebook :

https://www.facebook.com/KomunitasMuslimAntiBidah

https://www.facebook.com/groups/zelmadury/(Group1000.000 Orang Menolak Aswaja Penyebar Bid’ah)

________________

KYAI NU BERTAUBAT KEMUDIAN MENGIKUTI MANHAJ SALAF

KYAI NU BERTAUBAT KEMUDIAN MENGIKUTI MANHAJ SALAF

Beliau adalah Kiai Syamsuddin rahimahullah, pimpinan sebuah Pondok Pesantren NU di Salopa Tasikmalaya dan sekaligus anggota Syuriah NU Kecamatan Salopa Tasikmalaya. Alhamdulillah dengan hidayah-Nya beliau telah meninggalkan ajaran-ajaran SYIRIK dan BID’AH kepada TAUHID dan SUNNAH.

Bagaimana ceritanya ?

Berawal dari kepergian anaknya ke Arab Saudi untuk menjadi TKI sambil menuntut ilmu di Masjidil Haram Makkah. Dari situlah sang anak mengenal ajaran Islam yang sebenarnya dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang hakiki dari para ulama Salafi. Sang anak sangat menginginkan agar bapaknya juga mendapatkan hidayah, sehingga dari Makkah beliau mengirim kitab-kitab Ahlus Sunnah wal Jama’ah kepada bapaknya di Tasik. Kitab-kitab yang dikirim diantaranya karya-karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Syarah Al-Bukhari, Syarah Muslim rahimahumullah dan lain-lain.

Alhamdulillah, setelah menelaah satu demi satu kitab-kitab tersebut Kiai Syamsuddin rahimahullah menemukan kebenaran, yaitu ajaran yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman generasi Salaf. Kiai Syamsuddin rahimahullah juga tidak tinggal diam setelah mengetahui ajaran yang benar, beliau segera membacakan kitab-kitab tersebut kepada para murid dan masyarakat sekitar. Walaupun mendapat penentangan dari sebagian orang namun alhamdulillah banyak santri dan masyarakat yang mengikuti dakwah beliau rahimahullah.

Kini beliau rahimahullah telah meninggal dunia, kepemimpinan Pondok Pesantrennya dilanjutkan oleh anaknya. Dalam kesempatan kajian bulanan pada hari Kamis kemarin, salah seorang Ustadz dari Ma’had An-Nur Al-Atsari mendapat kesempatan untuk ikut mengisi bersama Pak Kiai. Dan dalam kesempatan tersebut Pak Kiai mengajarkan kitab MADARIJUS SALIKIN karya Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, dan menjelaskan makna SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH dari kitab TSALATSATUL USHUL karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dari HAPALAN beliau:

ومعنى شهادة أن محمدا رسول الله طاعته فيما أمر وتصديقه فيما أخبر واجتناب ما عنه نهى وزجر وأن لا يعبد الله إلا بما شرع

“Dan makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mentaati perintah beliau, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang dan beliau peringatkan darinya, dan tidak boleh beribadah kepada Allah ta’ala kecuali dengan petunjuk beliau”.

Bagian akhir, “Dan tidak boleh beribadah kepada Allah ta’ala kecuali dengan petunjuk beliau (Nabi shallallahu’alaihi wa sallam)” adalah perkara yang paling sulit bagi orang-orang Sufi / Tarekat / Tasawuf / NU. Sebab mereka berpendapat bolehnya berbuat BID’AH dalam agama dengan SYARAT: Bid’ah tersebut dalam PANDANGAN mereka adalah BID’AH HASANAH (kebaikan).

Sehingga tidak berlaku bagi mereka sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, “SEMUA BID’AH ITU SESAT.” Maka ketika kesesatan telah dianggap sebagai kebaikan sulit sekali mereka bertaubat dan meninggalkan bid’ah tersebut. Akan tetapi dengan HIDAYAH Allah jalla wa ‘ala hal itu mudah bagi Pak Kiai Syamsuddin rahimahullah. Dan hal itu beliau dapatkan setelah berusaha menelaah satu demi satu kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang dipenuhi dengan argumentasi ilmiah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf.

Demikianlah, berdakwah melalui sebuah buku, dengan menghadiahkan buku tersebut kepada orang-orang yang kita cintai, bisa jadi termasuk sebab mereka mendapatkan hidayah. Terlebih lagi jika didukung dengan akhlak yang baik maka insya Allah semakin mudah mereka menerima kebenaran.

Semoga dapat menjadi pelajaran. Baarokallahu fiykum.

Oleh : Ustadz Sofyan Chalid Ruray

______________

DIANTARA PENYEBAB MUNCULNYA BID’AH ADALAH IHTISAN (ANGGAPAN BAIK)

DIANTARA PENYEBAB MUNCULNYA BID’AH ADALAH IHTISAN (ANGGAPAN BAIK)
.
Oleh : Ikhwan pecinta meong.
.
Anggapan baik (ihtisan), merupakan penyebab yang paling banyak dijadikan alasan mengapa para pelaku bid’ah melakukan amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya.
.
Kita perhatikan jawaban sekelompok orang yang membuat halaqoh dzikir yang tidak sesuai tuntutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ditegur oleh Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dan mereka menjawab dengan alasan,
.
وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ
.
“Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan”.
.
Perhatikan jawaban mereka !, alasan mereka membuat perkara baru dalam urusan agama (bid’ah), alasannya adalah “anggapan baik” (ihtisan).
.
Ibnu Mas’ud menjawab perkata’an mereka :
.
وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ
.
“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya”. (HR. Ad Darimi).
.
Itulah alasan orang-orang yang menyimpang dalam agama di zaman para Sahabat masih hidup. Namun alasan menganggap baik terhadap amalan-amalan bid’ah itu, di masa sekarang pun serupa. Para pelaku bid’ah sa’at ini, ketika di peringatkan untuk meninggalkan amalan-amalan bid’ahnya sering juga beralasan yang sama, yaitu anggapan baik (ihtisan).
.
• Sama dengan menuduh Nabi menghianati risalah
.
Menganggap baik bid’ah, sama artinya telah menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghianati risalah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah.
.
Imam Malik berkata :
.
من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمدا ﷺ خان الرسالة
.
“Siapa yang membuat bid’ah dalam agama, dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, berarti dia telah menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhianati risalah”. (Al I’tishom 1/64-65).
.
Ahli bid’ah tidak faham, bahwa syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya (Ash-Shawab).
.
با رك الله فيكم
.
.
Penulis : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏๓ąŋţяί
.
.
– Bid’ah hasanah yang di maksud Imam Syafi’i, silahkan baca di sini : https://agussantosa39.wordpress.com/category/11-bidah-hasanah/01-bidah-hasanah-yang-di-maksud-imam-syafii/
.
– Bid’ah hasanah yang di maksud Umar bin Khatab, silahkan baca di sini : https://agussantosa39.wordpress.com/category/11-bidah-hasanah/02-memahami-perkataan-umar-bin-khatab/
.
– Pembagian bid’ah menjadi lima, silahkan baca di sini : https://agussantosa39.wordpress.com/category/11-bidah-hasanah/21-memahami-pembagian-bidah-menjadi-lima/
.
.
_____

SIKAP DAN CELAAN PARA ULAMA KEPADA PERBUATAN BID’AH DAN AHLI BID’AH

.
SIKAP DAN CELAAN PARA ULAMA KEPADA PERBUATAN BID’AH DAN AHLI BID’AH
.
Bid’ah mengakibatkan banyak keburukan dan kerusakan yang diakibatkannya, sehingga pantas apabila para ulama bersikap tegas dan mencela sangat keras kepada perbuatan bid’ah dan ahli bid’ah.
.
Berikut sikap dan celaan para Ulama kepada perbuatan bid’ah dan ahli bid’ah :
.
1. Lebih suka melihat api di masjid daripada melihat kebid’ahan di masjid
.
Abu Idris Aidzullah bin Abdillah al-Khaulany rahimahullah (lhr, 8 H) berkata :
.
لأن أرى في المسجد ناراً لا استطيع إطفاءها أحب إلي من أن أرى فيه بدعة لا استطيع تغييره
.
“Sungguh, aku melihat api di masjid yang aku tidak mampu untuk memadamkannya, itu lebih aku sukai dibandingkan aku melihat bid’ah di dalamnya dalam keadaan aku tidak mampu untuk merubahnya”. (Al-I’tisham, jilid 1 hlm. 82).
.
2. Ungkapkan keborokan ahli bid’ah kepada umat
.
Imam al-Qarafi rahimahullah (lhr, 773) berkata : “Hendaknya kerusakan dan aib ahlul bid’ah serta pengarang buku-buku yang menyesatkan dibeberkan kepada umat, dan dijelaskan bahwa mereka tidak berada di atas kebenaran, agar orang-orang yang lemah berhati-hati darinya sehingga tidak terjerumus kedalamnya. Dan semampu mungkin umat dijauhkan dari kerusakan-kerusakan tersebut”. (Al-Furuq, IV/207).
.
3. Hindari ahli bid’ah apabila berpapasan di jalan
.
Yahya Bin Abi Katsir rahimahullah (wft, 132 H) berkata : “Apabila engkau menjumpai ahli bid’ah di jalan, maka ambillah jalan yang lain”. (Hilyatul Auliya: 3/69).
.
4. Muka ahli bid’ah gelap gulita
.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah (lhr, 118 H) berkata : “Sesungguhnya pelaku bid’ah itu pada mukanya terdapat kegelapan walaupun ia memakai minyak setiap hari tiga puluh kali”. (Al-Lalakai: 2/141).
.
5. Ahli bid’ah susah untuk bertobat
.
Imam Sufyan ats-Tsaury rahimahullah (wft, 161 H) berkata :
.
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ وَالْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا
.
“Perbuatan bid’ah lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan. Dan pelaku kemaksiatan masih mungkin ia untuk bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku kebid’ahan sulit untuk bertaubat dari kebid’ahannya”. (Riwayat al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah, no. 238, Musnad Ibnul Ja’ad, 1885. Majmu’ al-Fatawa, 11/472).
.
6. Ahlus Sunnah seharusnya menghukum ahli bid’ah dan menjauhi majlis mereka
.
Imam Asy-Syatibi rahimahullah (wft, 790 H/1388 M) berkata : “Sesungguhnya golongan yang selamat (dan mereka itu ahlus sunnah), diperintahkan untuk memusuhi ahli bid’ah, mengusir mereka, dan menghukum orang yang berusaha mendekati mereka dengan hukuman mati atau yang kurang dari itu. Sungguh para ulama telah memberi peringatan agar tidak bersahabat serta bermajlis bersama mereka”.
.
7. Ahli bid’ah lebih berbahaya daripada musuh
.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah (lhr, 1263 – wft, 1328) berkata tentang bahaya ahli bid’ah : “Seandainya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menjadikan adanya orang-orang yang mencegah bahaya mereka (ahli bid’ah) maka agama ini akan rusak dan kerusakannya akan lebih besar dari berkuasanya musuh yang memerangi. Karena, musuh jika ia berkuasa tidak akan merusakkan hati dan agama melainkan hanya mengikut saja. Ada pun ahli bid’ah, mereka akan merusak hati sejak pertama kalinya”. (Majmu’ al-Fatawa, 28/232).
.
8. Jangan duduk di majlis ahli bid’ah
.
Imam Hasan al-Bashri (lhr, 642 M – wft, 728 M) rahimahullah berkata : “Janganlah kamu duduk bersama pelaku bid’ah karena ia akan menjadikan hati kamu sakit”. (Al-I’tisham, 1/172).
.
9. Imam Asy Syaukaniy rahimahullah (lhr, 1759 M – wft, 1834 M) berkata : “Maka jika Allah telah menyempurnakan agamanya sebelum Nabinya wafat, maka apa artinya pendapat bid’ah yang dibuat-buat oleh kalangan ahli bid’ah tesebut. Kalau memang hal tersebut merupakan agama menurut keyakinan mereka, maka berarti mereka telah beranggapan bahwa agama ini belum sempurna kecuali dengan tambahan pemikiran mereka, dan itu berarti pembangkangan terhadap al-Qur’an. Kemudian jika pemikiran mereka tersebut tidak termasuk dalam agama, maka apa manfaatnya mereka menyibukkan diri mereka dengan sesuatu yang bukan dari agama ini. Ini merupakan hujjah yang kokoh dan dalil yang agung yang selamanya tidak mungkin dapat dibantah oleh pemilik pemikiran tersebut. Dengan alasan itulah, hendaknya kita menjadikan ayat yang mulia ini sebagai langkah awal untuk menampar wajah-wajah ahli logika, membungkam mereka serta mematahkan hujjah-hujjah mereka”. (Al-Qaulul Mufid Fii Adillatil Ijtihaad Wattaqliid, hal. 38, Merupakan bagian dari Risalah Assalafiyyah, Cet: Daar Al Kutub Al ‘Ilmiyyah).
.
10. Jangan berteman dengan ahli bid’ah
.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (lhr, 541 H) berkata :
.
ﻭﻓﻰ ﺟﻤﻠﺔ، ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻤﻦ ﺗﺆﺛﺮ ﺻﺤﺒﺘﻪ ﺧﻤﺲ ﺧﺼﺎﻝ: ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﺎﻗﻼً ﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻏﻴﺮ ﻓﺎﺳﻖ ﻭﻻ ﻣﺒﺘﺪﻉ ﻭﻻ ﺣﺮﻳﺺ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
.
“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia”. (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
.
11. Mencintai ahli bid’ah bisa membatalkan amal
.
Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah (lhr, 107 H) berkata,
.
مَنْ أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ أَحْبَطَ اللهُ عَمَلُهُ، وَأَخْرَجَ نُورَ الْإِسْلَامِ مِنْ قَلْبِهِ
.
“Barangsiapa yang mencintai ahli bid’ah maka Allah telah membatalkan amalannya, dan Allah telah mengeluarkan cahaya islam dari hatinya”. (Hilyah Al Auliya’ 8/103).
.
12. Lebih baik dimusuhi ahli bid’ah dari pada dimusuhi Nabi
.
Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata :
.
لأن يكونوا خُصمائي أهل البدع، يـوم القيـامة، خـير مـن أن يكـون، خَـصـمي رســول الله – صلى ا لله عليه وسلم -، بتَـركي الذبَّ عَـن سُـنّته
.
“Seandainya mereka semua (ahli bid’ah) menjadi lawan perselisihanku pada hari kiamat nanti, maka itu lebih baik bagiku, daripada lawanku adalah Rasulullah – shalallahu ‘alaihi wasallam – disebabkan karena aku tidak mau membela sunnahnya”.
.
13. Menutup telinga tidak mau mendengarkan perkataan ahli bid’ah
.
Muhammad bin Sirin jika mendengar satu kata dari ahlul bid’ah, dia meletakkan dua telunjuknya di dua telinganya dan berkata : “Tidak halal bagiku berbicara dengannya sampai dia berdiri dari majelisnya”.
.
Seorang ahli bid’ah berkata kepada kepada Ayub As-Sakhtiyani, “Wahai Abu Bakr (yakni Ayub), aku ingin bertanya kepadamu satu kata”. Ayub berkata seraya berisyarat dengan telunjuknya, “Tidak, walaupun setengah kata”.
.
14. Tidak mau menemui ahli bid’ah
.
Dawud Al-Ashbahani datang ke Baghdad, dia berbicara dengan lemah lembut kepada Shalih bin Ahmad bin Hanbal untuk memintakan izin agar bisa bertemu dengan ayahnya (yakni Imam Ahmad bin Hanbal). Shalih pun datang kepada ayahnya dan berkata, “Ada seseorang minta kepadaku agar bisa bertemu denganmu”. Beliau bertanya, “Siapa namanya ?”. Shalih menjawab, “Dawud”. Beliau bertanya lagi, “Darimana dia ?”. Shalih khawatir membeberkan jati dirinya kepada Imam Ahmad, namun beliau terus bertanya hingga paham siapa yang ingin berjumpa dengannya. Maka Imam Ahmad berkata, “Muhammad bin Yahya An-Naisaburi telah menulis surat kepadaku tentang orang ini bahwa orang ini berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka janganlah dia mendekatiku”. Shalih berkata, “Wahai ayah, dia menafikan dan mengingkari tuduhan ini”. Imam Ahmad berkata, “Muhammad bin Yahya lebih jujur darinya. Jangan izinkan dia masuk kepadaku”.
.
.
________________

KEBODOHAN MERAJALELA

KEBODOHAN MERAJALELA
.
Kiamat adalah ketetapan Allah Ta’ala yang pasti akan terjadi dan sebagai perkara yang wajib di imani oleh setiap kaum muslimin. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan kiamat akan terjadi termasuk malaikat jibril sekalipun. Namun demikian, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam telah memberikan banyak gambaran kepada umatnya tentang tanda-tanda menjelang datangnya kiamat, salah satunya adalah merebaknya kebodohan.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
.
ﻣﻦ ﺃﺷﺮﺍﻁ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻳَﺜْﺒُﺖَ ﺍﻟﺠﻬﻞُ
.
“Termasuk tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tetapnya kebodohan”. (Shahih Al-Bukhariy, Kitaabul-‘Ilmi, Baab Raf’il-‘Ilmi wa Qabdlihi wa Dhuhuuril-Jahli [1:/178]).
.
Diangkatnya ilmu yang dimaksud di hadits tersebut adalah dengan di wafatkannya para Ulama.
.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌﻠﻢَ ﺍﻧﺘﺰﺍﻋﺎً ﻳﻨﺘﺰﻋُﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ، ﻭﻟﻜﻦْ ﻳﻘﺒِﺾُ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻘﺒﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ
.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari manusia. Namun Allah akan mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama”. (Shahih Al-Bukhariy, Kitaabul-‘Ilmi, Baab Kaifa Yaqbidlul-‘Ilm (1/194).
.
Ulama yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah para Ulama pewaris Nabi. Para Ulama yang menuntun umat untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dan membimbing umat berjalan diatas manhaj Shalafus Shaalih. Para Ulama yang membentengi dan menjaga umat dari para penyeru kebid’ahan dan kesyirikan. Para Ulama yang menghalau para pelaku penyimpangan dan kesesatan.
.
Ketika semakin sedikitnya para Ulama pewaris Nabi, maka umat menjadikan orang-orang bodoh terhadap ilmu syar’i sebagai pemimpin dalam peribadahan-peribadahan mereka. Umat mengambil fatwa dan pelajaran-pelajaran agama dari orang-orang bodoh yang di pandang sebagai orang alim. Maka akibatnya umat menyimpang dan tersesat.
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
ﺣﺘﻰ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﺒﻖَ ﻋﺎﻟﻤﺎً؛ ﺍﺗَّﺨﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﻭﺳﺎَ ﺟُﻬَّﺎﻻ، ﻓﺴُﺌِﻠﻮﺍ ؟ ﻓﺄﻓﺘﻮﺍ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻓﻀﻠّﻮﺍ ﻭﺃﺿﻠﻮﺍ
.
”Hingga ketika tidak tersisa lagi seorang berilmu (di tengah mereka), manusia mengangkat para pemimpin yang bodoh. Mereka ditanya, dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Hingga akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (orang lain)”. (Shahih Al-Bukhariy, Kitaabul-‘Ilmi, Baab Kaifa Yaqbidlul-‘Ilm (1/194).
.
Kebodohan yang dimaksud dalam hadits diatas adalah kebodohan dalam ilmu agama, bukan ilmu duniawi. Karena seiring zaman, ilmu pengetahuan duniawi semakin berkembang dan beragam inovasi dalam sain dan teknologi dapat diciptakan manusia.
.
Di sa’at menjelang hari kiamat, kebodohan meluas di semua stratifikasi sosial, bukan saja ditingkat kelas sosial rendah tapi juga di kalangan elit para pemimpin masyarakat yang seharusnya mereka bisa dijadikan panutan.
.
Meluasnya kebodohan dalam hadits yang disebutkan diatas, apabila dikorelasikan dengan kondisi ke kinian. Maka bisa jadi pekatnya kegelapan yang menyelimuti umat akibat kebodohan sudah terjadi sa’at ini. Banyak indikasi yang kita saksikan.
.
Al-Haq (kebenaran) di musuhi dan kebatilan di ikuti. Bermunculan bid’ah, kesyirikan dan faham-faham menyimpang di tengah-tengah umat. Beribadah bukan lagi mengikuti petunjuk Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, tapi dibangun di atas hawa napsu. Taqlid buta dan ta’ashub kepada orang yang dianggap alim, kepada madzhab atau kepada kelompok tertentu.
.
Bermunculan para penyesat di tengah-tengah umat, mereka berfatwa seolah-olah pakarnya, dan umat yang bodoh pun selalu mengikutinya. Sesama umat Islam bertikai saling bermusuhan bahkan sampai menumpahkan darah.
.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
.
ﻭﻳَﻜْﺜﺮ ﺍﻟﻬَﺮْﺝ
.
” . . Dan banyaknya ‘harj’ (pembunuhan)”. [Shahih Muslim, Kitaabul-‘Ilmi, Baab Raf’il-‘Ilmi (16/222-223)].
.
Demikianlah kondisi sa’at menjelang datangnya kiamat, umat diselimuti kegelapan.
.
Namun demikian, walaupun kebodohan meluas di semua lapisan masyarakat, akan tetapi akan tetap ada sekelompok orang yang berdiri di atas ilmu, walaupun jumlah mereka sangat sedikit.
.
Sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar, beliau berkata :
.
ﻭﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺟﻮﺩُ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻷﻧﻬﻢ ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻣﻐﻤﻮﺭﻳﻦ ﻓﻲ ﺃﻭﻟﺌﻚ
.
”Namun hal itu tidaklah menghalangi untuk tetap adanya sekelompok ahli ilmu (ulama) di tengah umat, karena pada waktu itu mereka tertutup oleh dominasi masyarakat yang bodoh akan ilmu agama”. [Fathul-Baariy (13/16)].
.
Sudah menjadi ketetapan Allah Ta’ala, disa’at kebodohan merajalela, akan tetap ada sekelompok orang yang berdiri diatas ilmu, sekelompok orang yang menjaga aqidah dan manhajnya dari kerusakan akibat tipu daya para penyeru kesesatan yang mengemas syubhat dan kebatilan dengan kepandaian lisan mereka memainkan dalil yang membuat orang-orang bodoh tersihir dan terkecoh.
.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari kebodohan dan tipu daya para penyesat umat. Aamiin.
.
.
با رك الله فيكم
.
By : Дδµ$ $@ŋţ๏$ą $๏๓ąŋţяί
.
https://agussantosa39.wordpress.com/category/01-islam-dakwah-tauhid/01-islam-sudah-sempurna/
.
.
=============