TIDAK ADA KE IMANAN BAGI ORANG YANG MEMBIARKAN KEBID’AHAN

.
TIDAK ADA KEIMANAN BAGI ORANG YANG MEMBIARKAN KEBID’AHAN
.
By : Abu Meong
.
Setiap para Nabi diutus kepada umatnya, Allah Ta’ala memberikan pendamping kepada para Nabi tersebut para sahabat setianya. Merekalah orang-orang yang membela para Nabi dari gangguan dan permusuhan orang-orang yang menentang dan memeranginya.
.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
مَا مِنْ نَبيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أمَّةٍ قَبْلِي إلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأصْحَابٌ يَأخُذُونَ بِسنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لا يُؤْمَرونَ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلسَانِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ, وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلبِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ، وَلَيسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
.
“Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pengikut dan sahabat yang setia, yang mengikuti ajarannya dan mematuhi perintahnya. Kemudian datang setelah mereka itu suatu generasi yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa memerangi mereka dengan tangannya, maka dia itu orang yang beriman, dan barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka dia itu orang yang beriman, dan barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka dia itu orang yang beriman. Setelah itu, tidak ada keimanan walau hanya sebesar biji sawipun”. (Hr. Muslim).
.
Sahabat setia para Nabi adalah orang-orang yang paling mengerti ajaran yang dibawa para Nabi. Mereka mengamalkan ajaran agama sesuai dengan yang mereka dapatkan dari Nabi, tanpa menambah-nambah ataupun mengurangi. Dan mereka juga tidak membuat-buat ajaran baru selain yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
.
Namun setelah generasi para sahabat Nabi, selanjutnya muncul orang-orang yang merubah-rubah dan membuat-buat ajaran baru dalam agama. Mengajarkan yang tidak Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ajarkan. Sehingga agama yang dibawa para Nabi mengalami distorsi, menyimpang dan hilang kemurnianya.
.
Prilaku orang-orang sesat terdahulu yang merubah-rubah ajaran agama dan juga membuat-buat ajaran baru yang tidak Nabi ajarkan, ternyata juga diikuti oleh sebagian dari umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun membuat-buat ajaran yang tidak Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ajarkan. Sikap mereka yang mengikuti prilaku umat terdahulu yang sesat memang sudah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
.
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ. فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ. فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
.
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi ?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi ?“. (Hr. Bukhari, no. 7319).
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ, قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ
.
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani ?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi ?”. (Hr. Muslim, no. 2669).
.
Imam Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan BERBAGAI PENYIMPANGAN, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi sa’at ini”. (Syarh Muslim, 16: 219).
.
Orang-orang sesat terdahulu yang menambah-nambah dan membuat-buat ajaran baru yang tidak Nabi mereka ajarkan, mereka seolah-olah tidak merasa cukup dengan syari’at yang sudah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya tetapkan, padahal setiap agama yang dibawa para Nabi sudah mencukupi untuk dijadikan pedoman hidup bagi mereka.
.
Begitu pula sebagian dari umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membuat-buat ajaran baru yang tidak Allah dan Rasul-Nya ajarkan (bid’ah), seolah-olah mereka menganggap agama Islam masih ada yang kurang. Padahal agama Islam sudah sempurna. Dan kesempurna’an Islam Allah Ta’ala sebutkan dalam Firmannya,
.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu”. (Qs. Al-Maidah: 3).
.
Kesempurna’an Islam disebutkan juga oleh Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam dalam sabdanya,
.
مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنْ الْجَنَّة وَيُبَاعِدُ مِنْ النَّار إِلَّا وَقْدٌ بَيْنَ لَكُمْ
.
“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian”. (Hr. Thobroni dalam Al Mu’jamul Kabir, 1647).
.
Kesempurna Islam sebagaimana di Firmankan Allah Ta’ala dan juga Rasul-Nya, maka tidaklah diperlukan lagi adanya penambahan-penambahan atau mengada-adakan hal-hal yang baru berdasarkan hawa nafsu dan pemikiran yang menganggap apa saja yang baik itu boleh saja dilakukan dalam agama meskipun tidak pernah diperintahkan, dilakukan atau pernah disetujui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
Islam telah sempurna, artinya tidak lagi memerlukan tambahan-tambahan dan pengurangan sedikitpun meskipun sekecil apapun dan alasan apapun.
.
Apapun alasannya, membuat-buat ajaran baru yang tidak Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ajarkan, meskipun dianggap baik adalah suatu perkara besar yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan menjadikan segala amal ibadah yang dilakulan para pelaku bid’ah tertolak. Sebagaimana di sabadakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
.
لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلاَ صَلاَةً وَلاَ صَدَقَةً وَلاَ حَجًّا وَلاَ عُمْرَةً وَ لاَ جِهَادًا وَلاَ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً يَخْرُجُ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِين
.
“Allah tidak akan menerima puasanya orang yang berbuat bid’ah, tidak menerima shalatnya, tidak menerima shadaqahnya, tidak menerima hajinya, tidak menerima umrahnya, tidak menerima jihadnya, tidak menerima taubatnya, dan tidak menerima tebusannya, ia keluar dari islam sebagaimana keluarnya helai rambut dari tepung”.
.
Selain segala amal ibadah para pelaku bid’ah tertolak, juga menjadikan mereka semakin jauh dari Allah Ta’ala. Sebagaimana dikatakan oleh seorang Tabi’in
.
مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَاداً، إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْداً
.
“Semakin giat pelaku bid’ah dalam beribadah, semakin jauh pula ia dari Allah”. (Hilyatul Auliya’, 1/392).
.
Dan para pelaku bid’ah juga mendapatkan laknat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
.
مَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (متفق عليه)
.
“Barangsiapa berbuat bid’ah di dalamnya, atau melindungi pelaku bid’ah, maka baginya laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya”. (Muttafaq ‘Alaih).
.
Karena begitu bahayanya membuat-buat ajaran atau mengada-adakan amalan-amalan baru dalam urusan ibadah (bid’ah), maka kewajiban bagi seorang muslim, ketika melihat ada yang melakukan kebid’ahan, memerangi mereka dengan tangannya atau dengan lisannya atau apabila tidak memiliki kemampuan dengan tangan dan lisannya, maka wajib mengingkari dengan hatinya. Dan apabila membiarkanya, tidak memerangi juga tidak mengingkari mereka yang melakukan kebid’ahan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
.
وَلَيسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
.
SETELAH ITU TIDAK ADA KEIMANAN WALAU HANYA SEBESAR BIJI SAWI PUN.
.
.
با رك الله فيكم
.
.
Kunjungi blog pribadi di : https://agussantosa39.wordpress.com/category/04-bidah/02-memahami-bidah/
.
.
____________

Tinggalkan komentar