FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA BID’AH

FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA BID’AH

Kenapa bid’ah bisa muncul dan eksis ditengah-tengah umat ?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya bid’ah ditengah-tengah umat. Di antaranya :

1. Anggapan baik (ihtisan).

Faktor anggapan baik ini merupakan penyebab yang paling banyak dijadikan alasan mengapa mereka (ahli bid’ah) melakukan amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya.

Kita perhatikan jawaban sekelompok orang yang membuat halaqoh dzikir yang tidak sesuai tuntutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ditegur oleh Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dan mereka menjawab dengan alasan :

وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ

“Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan”.

Perhatikan ucapan mereka !, alasan mereka membuat perkara baru dalam urusan agama (bid’ah) alasannya adalah anggapan ”baik” (ihtisan).

Ibnu Mas’ud menjawab perkata’an mereka :

وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.” (HR. Ad Darimi).

Padahal menganggap baik bid’ah, sama artinya telah menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghianati risalah. Sebagaimana yang dikatakan Imam Malik rahimahullah.

Imam Malik berkata :

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمدا ﷺ خان الرسالة

“Siapa yang membuat bid’ah dalam agama, dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, berarti dia telah menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhianati risalah”. (Al I’tishom 1/64-65).

Ahli bid’ah tidak faham, bahwa syarat diterimanya ibadah selain baik juga harus sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (Ash-Shawab).

2. Berdalil dengan hadits dhaif bahkan palsu

Tidak sedikit amalan-amalan bid’ah dibangun diatas hadits-hadits dhaif bahkan palsu.

Berikut ini diantaranya :

– Mengusap tengkuk ketika wudhu

Diantara hadits dhaif yang sering digunakan

مَسَحُ الرَّقَبَةِ أَمَانٌ مِنَ الْغُلِّ

“Mengusap leher adalah pengaman dari dengki, iri hati, benci”.

Juga hadits yang berbunyi,

مَنْ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عُنُقَهُ لَمْ يُغَلَّ بِالْأَغْلاَلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Siapa yang berwudhu dan mengusap lehernya, ia tidak akan dibelenggu dengan (rantai) belenggu hari kiamat”.

Berkata Imam An-Nawawy : “Tidak ada sama sekali (hadits) yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalamnya (yakni dalam masalah mengusap leher/tengkuk)”.

Berkata Ibnul Qayyim : “Tidak ada satu hadits pun yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang mengusap leher”. (Zadul Ma’ad 1/195).

Baca Al-Majmu’ 1/488 dan Nailul Authar 1/206-207.

– Berdoa setiap mencuci anggota wudhu

Ada sebagian umat Islam yang membaca do’a setiap kali membasuh anggota wudhu.

Ketika kumur-kumur membaca do’a,

اللَّهُمَّ اسْقِنِيْ مِنْ حَوْضِ نَبِيَّكَ كَأْسًا لاَ أَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدُا

“Ya Allah berilah saya minum dari telaga Nabi-Mu satu gelas yang saya tidak akan haus selama-lamanya.”

Membasuh wajah membaca do’a,

اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَسْوَدُّ الْوُجُوْهُ

“Ya Allah, putihkanlah wajahku pada hari wajah-wajah menjadi hitam.”

Mencuci tangan membaca do’a,

اللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِيْنِيْ وَلاَ تُعْطِنِيْ بِشِمَالِيْ

“Ya Allah, berikanlah kitabku di tangan kananku dan janganlah engkau berikan di tangan kiriku.”

Begitu pula ketika membasuh kepala, telinga dan kaki ada do’a-do’a nya yang di baca.

Do’a-do’a tersebut tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Imam Besar ulama Syafi’iyah, Imam An-Nawawy menegaskan, bahwa do’a ini tidak ada asalnya dan tidak pernah disebutkan oleh orang-orang terdahulu di kalangan Syafi’iyah.

Imam An-Nawawi berkata :

ثم، مع هذا، لا شك أنه يتم تضمين الصلاة في الوضوء بدعة المضللة التي ينبغي التخلي عنها

”Maka, dengan ini, tidak diragukan bahwa do’a ini termasuk bid’ah sesat dalam wudhu yang harus ditinggalkan”. (Lihat Al-Majmu’ 1: 487-489).

3. Salah kaprah memahami nash / ayat

Faktor lainnya adalah salah memahami nash. Banyak hadits-hadits sohih, namun mengamalkan hadits sohih tersebut dengan membuat cara-cara atau model-model baru dalam ibadah yang tidak dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga Shalafus Shaalih. Hal ini pun sebab terbanyak lahirnya bid’ah.

Sebagai contoh diantaranya, tentang keutama’an malam nishfu sya’ban. Keutama’an malam nishfu sya’ban banyak diriwayatkan oleh para Sahabat. Sebagaimana diriwayatkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يطلع الله تبارك و تعالى إلى خلقه ليلة النصف من شعبان ، فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

“Allah Ta’ala menampakkan kepada hamba-Nya pada malam nishfu sya’ban, maka Dia mengampuni bagi seluruh hambaNya, kecuali orang yang musyrik atau pendengki.”

(Diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi dan satu sama lain saling menguatkan. yakni oleh Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al Khusyani, Abdullah bin Amr, ‘Auf bin Malik, dan ‘Aisyah. Lihat kitab As Silsilah Ash Shahihah, 3/135, No. 1144. Darul Ma’arif. Juga kitab Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 2/785. Al Maktab Al Islami).

Hadits ini menunjukkan keutama’an malam nishfu sya’ban (malam ke 15 di bulan Sya’ban), yakni sa’at itu Allah mengampuni semua makhluk kecuali yang menyekutukanNya dan para pendengki.

Tentunya sa’at itu waktu yang sangat baik untuk banyak beristighfar dan ibadah lainnya. Tetapi hadits ini sama sekali tidak menerangkan cara-cara tertentu dalam bentuk ibadah.

Tidak disebutkan di hadits tersebut perintah membaca yasin sebanyak tiga kali dengan tujuan tertentu, atau shalat tertentu dengan fadhilah tertentu, lalu sambil membawa air, juga tidak ada perintahnya semua amalan itu dilakukan ba’da maghrib sebagaimana yang dilakukan sebagian umat Islam sa’at ini.

Didalam kitab “al Mausu’ah al Fiqhiyah” juz II hal 254 disebutkan bahwa jumhur ulama memakruhkan berkumpul untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban. Dan mereka menegaskan bahwa berkumpul untuk itu adalah sautu perbuatan bid’ah menurut para imam yang melarangnya, yaitu ‘Atho bin Abi Robah dan Ibnu Malikah.

Apabila sengaja berkumpul saja di malam nishfu sya’ban para Ulama memakruhkannya. Bagaimana pula apabila di malam nishfu sya’ban sengaja membuat perkara-perkara baru dalam agama (bid’ah) ?

Keutama’an malam nishfu sya’ban memang shahih, tetapi amalan-amalan khusus malam nishfu sya’ban tidak ada tuntunannya. Jadi apabila ada sebagian orang yang melakukan amalan-amalan tertentu dengan cara-cara tertentu di malam nisfu sya’ban ini adalah bid’ah.

4. Mengikuti hawa nafsu

Penyebab lainnya yang menjadikan bid’ah muncul dan semarak ditengah-tengah umat adalah di dorong hawa nafsu.

Mereka beranggapan, Islam akan lebih baik bisa diterima umat, apabila ada inovasi dan kreasi-kreasi tertentu yang membuat umat bergairah dalam beragama.

Ketika dikatakan bahwa hal itu tidak dibenarkan oleh syari’at, tidak ada dasarnya, mereka menolak dengan keras. Mereka lebih mengikuti perasa’an dan logikanya, dibanding dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ثلاث مهلكات ، فقال : ثلاث مهلكات : شح مطاع و هوى متبع و إعجاب المرء بنفسه

“Ada tiga hal yang membinasakan. Lalu Beliau bersabda: “Tiga hal yang membinasakan adalah syahwat yang dita’ati, hawa nafsu yang dituruti, dan seorang yang kagum dengan dirinya sendiri . .”. (Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1802).

Wallahu Ta’ala A’lam Wa Fauqa Kulli Dzi ‘Ilmin ‘Alim

برك الله فيكم

Agus Santosa Somantri

https://agussantosa39.wordpress.com/category/06-syubuhat/17-sahabat-utsman-membuat-bidah/

========================

Tinggalkan komentar